Skip to content

MAINTENANCE

Hi ICFers, apa kabar semua? Semua diberkati Tuhan ya, Amin. 

Kali ini kita akan membahas mengenai maintenance atau dalam bahasa Indonesia artinya pemeliharaan. Membahas mengenai pemeliharan, teringat akan sebuah kisah dalam Alkitab tentang perumpamaan yang Yesus berikan kepada murid-murinya (Yoh. 15:1-8).  Percakapan Yesus dengan murid-muridnya ini terjadi saat berakhirnya perjamuan malam terakhir, yaitu malam saat Ia diserahkan. 

Hubungan antara pokok anggur dan ranting dipakai oleh Tuhan Yesus untuk menceritakan hubungan antara diri-Nya dengan murid-murid-Nya. Pemeliharaan anggur merupakan aspek kehidupan yang dimengerti oleh segala lapisan masyarakat Israel saat itu. Dari perumpamaan ini Tuhan 

Melalui perumpamaan ini, Tuhan Yesus menggambarkan dirinya sebagai ‘pokok anggur yang benar’, kita yang adalah orang percaya adalah ‘ranting-ranting-Nya’ dan Bapa di sorga sebagai ‘pemilik kebun anggur’. Bapa di sorga sebagai sang pemilik kebun anggur menginginkan kita untuk menghasilkan buah yang banyak. Sebab, jika ranting-ranting itu tidak berbuah maka yang akan dilakukan oleh Bapa di Sorga adalah memotongnya (Yoh. 15:2) bahkan dibuang keluar (Yoh. 15:6). 

Oleh karena itu betapa pentingnya pemeliharaan yang baik dan benar pada pokok anggur supaya ranting-ranting itu dapat berbuah banyak. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu:

Pertama, dibersihkan. Supaya menghasilkan buah yang lebih banyak, maka setiap ranting-ranting yang berbuah pun harus dibersihkan atau dipangkas. Dia membersihkan segala sesuatu yang perlu dibersihkan, misalnya pemikiran kita atau keinginan kita yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya melalui setiap firman yang telah kita dengar (Yoh. 15:2-4). Sebab dengan kuasa firman Tuhanlah kita dapat dibersihkan dan diubahkan, sebagaimana Firman Tuhan yang tertulis dalam 2 Timotius 3.16 yang berkata demikian, 

“Segala tulisan yang diilhamkan oleh Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.”

Dalam dunia pekerjaan, mendengar bos menyebut kata-kata seperti target, deadline/tenggat, kuota, hasil dll., kadang bisa menimbulkan rasa takut dan gentar. Apalagi kalau kata seperti itu keluar dari Sang Maha Kuasa. Di sini Tuhan Yesus menggunakan istilah “berbuah”. Ada perbedaan di antara ranting yang menghasilkan dan yang tidak menghasilkan buah (ayat 2, 5-6), yaitu orang yang sungguh-sungguh tinggal dalam Yesus dengan yang tidak. Seakan-akan orang Kristen harus mencapai suatu hasil konkret tertentu jika ia tidak ingin dirinya “dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.” Nas ini memang memaparkan risiko dan imbalan, tetapi ada hal penting lainnya yang perlu kita sadari. 

Berlawanan dengan dunia kerja sekuler di mana target pribadi berarti harus dicapai secara pribadi (berdasar kompetensi pribadi) pula, nas ini justru memaparkan betapa tergantungnya seorang murid Tuhan dalam menghasilkan buah. Pertama, ia “dibersihkan” oleh Bapa supaya bisa lebih banyak berbuah. Kedua, dan yang paling penting, ia mampu berbuah mutlak hanya karena dirinya tinggal di dalam Kristus, Sang Pokok Anggur, bukan karena kapasitas pribadinya. Ketiga, murid berbuah karena firman Tuhan “tinggal” di dalam dirinya, dalam arti firman Tuhan menjadi dasar kehidupannya. Keempat, buah karya si murid itu niscaya memuliakan Tuhan, karena buah itu memang terjadi karena kuasa Tuhan sendiri. 

Di dalam ketidakmungkinan manusiawi ini, justru tersirat suatu janji: bahwa kuasa Allah niscaya memungkinkan kita menghasilkan buah, yaitu sikap dan tindakan berdasarkan firman yang menyenangkan hati Allah dan menjadi penggenapan kehendak-Nya. Sebagai murid, mari kita pusatkan perhatian pada tindakan iman ini: menghasilkan buah yang konkret. Buah-buah itu harus muncul di segala bidang kehidupan kita, mulai dari rumah, lingkungan, tempat kerja, gereja, dan bahkan di dunia maya. Inilah wujud iman kita yang sebenarnya. Marilah kita memberi diri untuk terus di maintenance oleh Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati!