Skip to content

PEMELIHARAAN TUHAN SENANTIASA KAMI RASAKAN

Karena pemeliharaan Tuhan senantiasa kami rasakan | Papa saya memutuskan untuk pensiun muda di usia 45 tahun, dan semua dana pensiunnya diinvestasikan untuk mengelola perkebunan sawit. Dengan harapan, melalui hasil perkebunan itu dapat menunjang biaya sekolah anak-anaknya.

Waktu itu, saya, kakak saya dan adik saya sama-sama akan memasuki kuliah, SMA dan SMP. Kami sekeluarga tinggal di Jakarta, sementara perkebunan sawitnya ada di Sumatra Utara. Jadi papa saya menitipkan pengelolaan kebun sawit itu kepada adik perempuannya, namun tanpa sepengetahuan kami, kebun tersebut malah dijual.

Semua dana pendidikan ada di sana, bagaimana kami dapat melanjutkan sekolah? Hubungan keluarga antara papa dan adiknya pun menjadi tidak baik, pernah terpikir untuk menempuh jalur hukum, namun tidak mungkin untuk berurusan hukum dengan adik sendiri.

Akhirnya mama saya mengajak kami untuk memaafkan dan melupakan. Namun Tuhan tidak pernah meninggalkan kami. Saya, kakak saya dan adik saya, dapat masuk ke universitas yang terkemuka di Indonesia dengan program beasiswa.

Kami pun belajar melihat dan bersyukur untuk hal-hal baik yang Tuhan sediakan, dibandingkan dengan hal-hal yang hilang dari kita. Karena pemeliharaan Tuhan senantiasa kami rasakan.

Aldo Silitonga, Manila, 2018 )