SIAP TERLIBAT DALAM RENCANA ALLAH
Identitas yang Benar dan Kokoh
Dipengaruhi oleh budaya dimana ia dibesarkan dan oleh lingkungan pergaulannya, orang cenderung mudah terpancing bila hal-hal yang menyangkut identitas dan nilai dirinya diragukan atau direndahkan. Respon yang biasanya muncul adalah upaya pembuktian bahwa keraguan atau perendahan itu tidak benar, untuk mempertahankan identitas atau nilai dirinya. Berseliweran di media sosial foto-foto atau kisah-kisah yang berkaitan dengan penonjolan keindahan ragawi dan pencapaian yang jika mendapat tanggapan negatif akan cenderung dibalas dengan tanggapan negatif pula. Dalam banyak kejadian sebenarnya, di balik postingan foto dan kisah itu adalah respon atas anggapan bahwa dirinya kurang menarik atau kurang berprestasi. Seorang bisa menghamburkan banyak uang ketika dianggap tak mampu untuk membuktikan bahwa ia punya kemampuan finansial.
Saya pernah menemani seseorang yang tetiba mengeluarkan uang jutaan rupiah untuk membeli seperangkat sound system karena pada saat bertanya dan mencoba produk tersebut ia mendapat kesan bahwa si penjual meragukan kemampuan finansialnya, padahal tak ada rencana sama sekali sebelumnya untuk membeli produk itu.
Tuhan Yesus pernah dicobai berkaitan dengan pembuktian mengenai identitas-Nya. Iblis beberapa kali memulainya dengan berkata, “Jika Engkau Anak Allah”, disertai dengan tantangan untuk membuktikannya. Iblis juga merendahkan Yesus dengan menempatkan dirinya sebagai yang lebih berkuasa dan sanggup untuk memberikan kemuliaan yang banyak diingini manusia. Tapi Iblis tidak berhasil untuk membuat Yesus kalah, jatuh dalam pencobaan. Mengapa? Ada dua hal yang disebutkan dalam perikop tersebut, yaitu bahwa Ia dipenuhi dan dipimpin Roh Kudus, dan bahwa firman Allah menjadi dasar pemikiran dan sikap-Nya. Kombinasi keduanya memberikan perlindungan bahkan kuasa untuk mengalahkan pencobaan Iblis yang coba membangkitkan keinginan daging.
Tanpa identitas yang benar dan kokoh, keterlibatan kita dalam pemenuhan rencana Allah akan mudah dikacaukan. Memasuki awal yang baru di tahun ini, sambil memberi diri untuk dipimpin Allah kepada perkara-perkara yang lebih besar, marilah kita menilik ulang apa yang menjadi kebanggaan diri kita. Kepada hal apa identitas kita dilekatkan? Kepada hal-hal yang fana dan mudah berubah bahkan hilang, atau kepada penilaian dan penerimaan Sang Kekal, Allah sendiri. Mari kita meneladan Tuhan Yesus yang dalam kemanusiaan-Nya memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus dan dituntun oleh firman. Mari berkaca pada firman Allah dan penyataan Roh Kudus supaya identitas kita menjadi kokoh dan benar.
Tuhan Yesus memberkati!