FULFILLED
Dari keempat penulis Injil, hanya Yohanes yang
mencatat kehadiran Maria di kayu salib. Kemungkinan Maria ada di Yerusalem pada
hari raya Paskah:
“Setiap tahun orang tuanya pergi ke Yerusalem pada hari
raya Paskah” (Lukas 2:41).
Dari tujuh perkataan Tuhan Yesus di atas kayu
salib, tiga pertama menunjukkan kasih dan perhatian Tuhan Yesus pada manusia.
Dan konteks hari ini adalah pada orang tua.
Pada bagian ini Yesus memakai istilah “woman” (diterjemahkan
sebagai ibu). Kita mungkin merasakan dinginnya istilah yang digunakan Tuhan
Yesus, jika dikaitkan dengan budaya kita. Ada beberapa orang yang akan melihat
pernyataan ini dan berpikir bahwa Yesus bersikap kasar dengan menyebut ibunya
“perempuan”, bukan ibu. Tetapi pada budaya saat itu, panggilan woman merupakan
panggilan menghargai ibu, yaitu dengan sebutan perempuan. Dalam Injil, Yesus selalu memakai istilah “woman”,
bukan “ibu”. Contohnya lainnya saat periswtiwa pernikahan di Kana,
“Dear woman, that’s not our problem.” (Yohanes 2:4)
Sebagai anak sulung Maria, Yesus secara hukum
bertanggung jawab atas kesejahteraan ibunya, untuk memastikan bahwa ia memiliki
tempat tinggal dan makanan untuk dimakan selama dia menjanda. Kita tidak pernah
tahu kapan Yusuf meninggal, tetapi dia tidak pernah lagi disebutkan setelah
Yesus pergi bersama Maria dan Yusuf ke paskah ketika Yesus berusia dua belas
tahun. Kemungkinan antara ketika Yesus berusia dua belas tahun hingga tiga
puluh tiga tahun, Yusuf telah meninggal dunia. Hingga saat dalam penderitaan
menjelang kematian, Yesus tetap memperhatikan orang lain, Dia memperhatikan
kesejahteraan ibu-Nya.
“Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya
di sampingnya, dan berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!” Kemudian
kata-Nya kepada murid-Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu
menerima dia di dalam rumahnya.” – Yohanes 19:26-27
Yesus melihat ibunya berdiri di dekat situ, dan
mengenal kesulitan dan kedukaan di dalam hati ibunya. Dia juga melihat Yohanes
berdiri tidak jauh dari sana, sehingga Dia mengatur sebuah hubungan antara ibu
yang sangat Ia kasihi dan murid yang sangat Ia kasihi itu. Dengan penuh kasih
sayang, Kristus menyediakan keperluan ibu-Nya walaupun Dia hampir mati. Dia
menungaskan seseorang yang dikasihi-Nya (kemungkinan besar Yohanes) untuk
menjaga dan memelihara ibunya, begitu pun sebaliknya. Tradisi mengatakan bahwa Yohanes menjaga
Maria sampai kematiannya dan kemudian ia pindah ke Asia Kecil (khususnya
Efesus) di mana ia mempunyai pelayanan yang panjang dan berhasil.
Di dalam kondisi Yesus yang mengalami kesakitan
setelah banyaknya cambukan yang diberikan, di mahkotai duri, hingga di
salibkan, darahnya tercurah begitu banyak, tetapi justru Kristus tetap
memikirkan orang lain, bahkan Ia menyediakan apa yang diperlukan bagi ibu-Nya.
Dari firman Tuhan di atas, kita belajar dari
teladan Tuhan Yesus bahwa dalam kondisinya yang sedang tidak baik-baik saja,
Dia tetap mengutamakan orang lain daripada diri-Nya sendiri. Bagaimanakah
dengan kita? Apakah kita tetap bisa memprioritaskan keperluan orang lain
daripada diri sendiri? Lalu yang kedua, kita juga belajar bahwa Yesus
mengetahui kesulitan kita, Dia tahu apa yang kita perlukan, bahkan sebelum kita
menyampaikannya. Sebagaimana Yesus yang memenuhi keperluan ibu-Nya supaya bisa
tetap hidup sejahtera walaupun Yesus tidak lagi bersama-Nya, demikian juga Dia
akan memenuhi segala keperluan kita. Yes, he will fulfill our needs!
Maka dari itu, jangan pernah khawatir tentang
apapun juga. Dia mengetahui kesulitan yang sedang kita alami, Dia mengetahui segala kebutuhan kita, dan Dia juga akan mencukupkan sesuai dengan waktu-Nya. Bahkan disaat kita berpikir Tuhan tidak akan
bertindak, di situ justru Dia tetap bertindak.
Tuhan Yesus memberkati!