Skip to content

AKU HAUS

Minggu lalu kita telah belajar dari ungkapan Tuhan Yesus di atas kayu salib yang keempat. Saat Ia menanggung dosa kita semua, dosa Ia tanggung membuat Ia terpisah dengan Bapa-Nya. Saat mengatakan “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Kristus mengalami penderitaan secara rohani.

Setiap orang pasti pernah merasakan kehausan sehingga memberikan ketidaknyamanan pada tubuh. Rasa haus terjadi ketika kita terlambat minum atau kekurangan cairan pada tubuh. Penelitian menyatakan bhawa rasa haus muncul setelah tubuh mengalami kurang air sekitar 0,5 persen.

“Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia – supaya segenaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci – “Aku Haus!” – Yohanes 19:28

Saat ini kita akan membahas mengenai perkataan Tuhan Yesus di kayu salib yang ke lima. Frasa “Aku haus” merupakan pernyataan sederhana dan singkat. Kira-kira seberapa banyak Anda dan saya mengatakan pernyataan itu selama hidup? Hal tersebut merupakan kondisi umum yang dialami oleh tubuh manusia. Tubuh kita membutuhkan air yang cukup. Jika kita kekurangan cairan, maka kita akan merasa dehidrasi, bahkan dapat menyebabkan pingsan.

Frasa “Aku haus” berasa dari bahasa Yunani yaitu Διψῶ  (dibaca: dipso). Ungkapan tersebut berbentuk imperatif yang ditandai dengan memberikan perintah atau permintaan, dan mempertegas kemauan, serta menyatakan larangan.

Saat Yesus mengatakan “Aku Haus”, tubuh Yesus mengalami dehidrasi. Setelah kehilangan darah yang begitu banyak, lalu sarafnya yang tegang karena menahan tubuh saat disalibkan, dan terpapar pada cuaca yang begitu panas, hal itu menimbulkan rasa haus yang begitu dahsyat pada diri-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa Kristus mengalami penderitaan fisik yang luar biasa. Dia benar-benar sangat haus. Rasa haus-Nya menunjukkan kepada kita kemanusiaan-Nya yang sejati. Bagian ini menunjukkan bahwa Dia benar-benar manusia yang mengalami rasa sakit dan juga penderitaan dunia yang begitu berat.

Dia bukan Allah yang duduk di sorga dengan seenaknya tanpa mengerti akan kesulitan umat-Nya. Dia begitu mencintai Anda dan saya sehingga Ia mau datang ke dunia untuk menebus dosa kita semua.

Dari ayat di atas kita dapat melihat bahwa Yesus mau mengakui keterbatasan yang sedang Ia alami. Saat Dia merasakan kehausan yang begitu luar biasa, Dia mau mengakui dan menerima segala keterbatasannya sebagai manusia.

Setiap kita memiliki kelemahan dan juga keterbatasan masaing-masaing di dalam hidup. Namun apakah kita cukup berbesar hati untuk menerima segala kelemahan dan juga keterbatasan kita? Apakah kita cukup berani untuk mengakuinya dan terbuka di hadapan Allah atas keterbatasan kita? Saat kita mengakuinya di hadapan Tuhan, maka kita akan mendapatkan kekuatan baru dari pada-Nya.

Mari kita belajar untuk mengakui dan menerima kelemahan-kelemahan kita. Terkadang masalah, kegagalan, pencobaan yang Dia izinkan terjadi dalam hidup kita dapat dipakai-Nya sebagai alat untuk membuat kita sadar akan keterbatasan kita sehingga kita dapat belajar untuk terus bergantung dan juga mengandalkan Tuhan. Seperti ada tertulis,

“TUHAN memelihara orang-orang sederhana; aku sudah lemah, tetapi diselamatkan-Nya aku.” – Mazmur 116:6

 

Tuhan Yesus memberkati!