ALLAH PEDULI DAN PENOLONG
Shalom bagi kita semua-nya. Dikesempatan kali ini saya ingin menyaksikan kebaikan dan kepedulian Tuhan Yesus di kehidupan saya. Saya anak pertama dari 3 bersaudara, saya memiliki 2 orang adik prempuan, dan yang sangat saya syukuri di dalam kehidupan saya adalah dimana kami terlahir di keluarga Kristen, dan kami juga melihat bahwa papa dan mama kami adalah pelayan Tuhan, yang pada akhir-nya saya dan adik-adik saya menghabiskan masa remaja kami di gereja, di rumah Tuhan untuk melayani Tuhan, hingga saat ini adik-adik saya masi aktif dan setia untuk melayani Tuhan. Namun pada 24/09/2022 saya harus pergi kerja ke Filipina, sehingga pada saat itu saya harus tinggalkan pelayanan saya dan bahkan beasiswa saya untuk masuk ke universitas (kuliah) juga saya tinggalkan, karena pada saat itu sangat tidak memungkinkan bagi saya untuk berkuliah.
Tujuh tahun lalu (2017), papa saya jatuh sakit yang mengakibatkan usaha kami jadi bangkrut. Dan pada saat itu juga kami membawa papa kami ke rumah sakit, dan setelah di cek ternyata papa saya sakit paru-paru, yang seharusnya bisa sembuh dalam waktu 6 bulan saja jika mengkomsumsi obat secara teratur papa saya bisa sembuh, namun pada saat itu papa saya tidak sanggup minum obat pada saat itu dengan alasan setiap kali meminum obat yang diberikan oleh dokter badan papa saya menjadi sakit semua/tidak selera makan/muntah, sehingga pekerjaan papa saya terganggu, dan disisi lainnya sumber penghasilan hanya papa saya saja.
Waktu terus berjalan sampai-lah di bulan Maret 2024 akhir, dimana pada saat itu papa sudah 3x ke rumah sakit selama 7 tahun belakangan dan hasilnya masih sama juga. Adik saya pada saat itu memberi tahu saya bahwa bapak sakitnya tambah parah yang dimana setiap batuk mengeluarkan dahak yang bercampur dengan darah. Mendengar kabar itu hati saya sangat sedih, sehingga saya mencari waktu yang pas untuk dapat berbicara dengan papa saya. Beberapa waktu yang lalu telah di bujuk untuk ke rumah sakit juga, tetapi papa saya tidak mau dikarenakan papa saya sudah trauma meminum obat dari dokter dengan efek yang terjadi sesudah meminum obat.
Selang beberapa hari akhirnya saya dan papa saya video call dan di sana kami berbincang-bincang melihat dan menanyakan kondisi papa saya, dan karena sebelumnya saya mendapatkan kabar juga dari adik saya bahwa papa saya pada saat itu memaksakan dirinya lagi untuk bekerja.
Dan pada akhirnya saya dan adik-adik saya terus-menerus mendoakan papa saya dan bergumul juga di hadapan Tuhan. Pada tanggal 02 April 2024 saya ada komsel pada saat itu, dan saya meminta dukungan doa kepada teman-teman komsel agar papa saya di dukung dalam doa, agar hati papa saya dilembutkan Tuhan dan mau di rawat di rumah sakit. Puji Tuhan pada tanggal 05 April 2024 pagi menjelang siang adik saya chat saya, dan mengatakan bahwa papa saya mau di rawat di rumah sakit lagi. Lalu saya menyuruh adik-adik saya untuk mempersiapkan berkas-berkas. Pada hari itu juga di sore hari papa saya masuk rumah sakit, di sana papa saya dicek dan dipasangkan infus dan suster juga mengatakan bahwa papa saya harus meminum obat dari dokter secara rutin.
Di hari itu kondisi papa saya masih aman-aman saja dan saya sempat juga mengucapkan terima kasih juga ke papa saya karena sudah mau di rawat di rumah sakit lagi. Keesokan harinya papa saya mulai mengeluh sakit, nafas jadi susah, dan tidak selera makan bahkan sampai muntah. Akhirnya papa dipasangkan oksigen di hidung karena sesak nafas. Keesokan harinya, kondisi papa saya semakin memburuk, bahkan papa sempat mengatakan bahwa papa sudah tidak tahan lagi dan bilang ke adik-adik saya untuk hubungi saudara– saudara yang lainnya. Pada saat itu saya sedang bekerja, dan ketika mendengar hal itu dari adik saya, jujur saya sedih bahkan saya nangis, saya berdoa kepada Tuhan, ‘Tuhan tolong beri kekuatan kepada papa saya.’ Saya juga sempat menyanyikan beberapa lagu pujian pada saat itu dengan suara yang kecil.
Berhubung minggu pertama di siang hari saya mendapat kabar dari adik saya juga bahwa mau di adakan Perjamuan Kudus di rumah sakit, lalu tak lama saya video call dengan mereka dan melihat mereka Perjamuan Kudus, di waktu yang sama juga saya sedang bekerja. Setelah saya pulang kerja, saya langsung bergegas ke gereja dengan hati yang sedih khawatir. Saya ibadah karena saya yakin dan percaya bahwa hanya Tuhan yang sanggup pulihkan papa saya.
Setelah saya pulang ibadah, saya langsung video call adik-adik saya dan papa saya, saya bertanya kepada adik saya bagaimana keadaan papa? Adik saya menjawab papa jauh lebih tenang. Mendengar hal itu saja menjadi lebih tenang. Namun keesokan harinya papa saya mengeluh sakit oleh karena efek dari obat-obatan yang ia konsumsi. Lalu pada tanggal 09 April 2024, dokter dan susternya menganjurkan papa untuk dirujuk ke rumah sakit di Medan yang ada dokter spesialis paru-paru karena pada saat itu dokter spesialis paru-paru tidak ada di rumah sakit tersebut. Mendengar hal tersebut, papa saya tidak mau dirujuk dan meminta pulang saja. Maka adik-adik saya membujuk papa saya. Namun tetap saja papa saya tidak mau. Di sore hari ketika saya sedang bekerja dan ada banyak sekali kerjaan yang harus diselesaikan sehingga membuat saya tidak bisa menelfon papa untuk membujuknya, yang saya lakukan adalah berdoa kepada Tuhan ‘Tuhan tolong bantu bukakan jalan’. Setelah saya pulang dari kantor, saya langsung menghubungi adik saya dan bertanya apakah papa mau dirujuk? Puji Tuhan adik saya mengatakan bahwa papa sudah mau di rujuk ke rumah sakit di Medan.
Pada malam itu juga pada pukul 21.00 WIB, papa saya berangkat ke RSU MITRA SEJATI. Sesampai disana, saya melihat papa melalui video call dicek dengan banyak sekali alat tim medis yang melekat pada tubuh papa. Keesokan harinya, papa dironsen dan hasil dari ronsen dokter mengatakan bahwa paru-paru papa sudah rusak karena kuman-kuman/bakteri. Setiap hari papa mengeluh sakit dan membuatnya tidak mau makan dan minum obat. Pada tanggal 15 April 2024 suster dan dokter menganjurkan papa saya untuk di bawa ke ruang ICU karena kondisi papa sangat mengawatirkan, dia tidak mau makan dan minum obat dan berat badan papa tinggal 44 kg. Namun pada tidak mau. Lalu saya dan adik-adik berkata kepada papa ‘Pa, papa mau makan dan minum obat sendiri atau dimasukan ke ruangan ICU agar dipasangkan selang supaya gizi dan obat papa bisa masuk ke dalam tubuh papa supaya cepat sembuh’. Namun papa saya menjawab lebih baik minum obat dan makan sendiri dari pada di pasang selang. Maka kami mengikuti apa kata papa. Kemudian pada malam hari, Puji Tuhan papa mau makan dan minum obat.
Pada tanggal 18 April 2024 pukul 01:24 WIB saya di telfon oleh adik saya bahwa “Ada ruangan ICU yang kosong gimana papa mau di masukkan ke ruangan ICU ko?” Setelah itu saya jawab adik saya coba tanya papa dulu mau apa tidak. Setelah adik saya bertanya kepada papa, papa menjawab ‘Kalo enak bapak mau’ maksudnya adalah, jika hal itu dapat mengurangi rasa sakit papa maka papa mau. Setelah itu kami juga bertanya kepada saudara- saudara yang lainnya dan mereka juga setuju. Pada akhirnya papa masuk ruang ICU jam 3 subuh lewat.
Keesokan harinya 06:53 WIB, adik saya menelfon saya namun karena saya sedang bekerja maka saya tidak bisa mengangkat call dari adik saya. ada akhirnya adik saya mengirimkan voice note lalu saya mencoba untuk mendengarkan dan adik saya bilang dengan nada bicara yang cemas, ko lu gamau VC sama kami? Papa koma ko detak jantung papa sampai tidak ada, saya langsung dwon dan saya langsung nelfone adik saya namun tidak bisa lama telfon harus di matikan pada saat itu di karenakan di dalam ruangan ICU. Lalu di jam 08.04 WITA, adik saya menelfon saya kembali disitu adik saya nangis dan berkata ko papa sudah tidak ada papa sudah meninggal, saya langsung dwon Saya terdiam sejenak, dan saya bilang ke adik saya dengan nada bicara saya yang terbata– bata yang sabar ya coba hubungi saudara-saudara yang lainnya, akunya mau tanya VISA akunya dulu, setelah telfone mati saya langsung chat atasan saya ‘ko papa saya meninggal visa dan paspor saya ready kah? Saya mau pulang indo dulu’ dan atasan saya menjawab saat ini visa sedang ada di imigrasi untuk tahap pembaharuan dan akan di tanyakan dulu sama org yang pegang VISA nya, dan akan di kabari jam 6 sore. Dan pada saat itu saya di suruh balik dahulu ke apartemen, saya pulang sembari saya menelfon adik saya dan menangkan mereka sepanjang jalan tak tertahan oleh saya, saya menangis sepanjang Jalan itu, setelah sampai di apartemen saya masuk kamar saya kabari ko Redy dan Ci Elsa dan setelah itu saya berdoa dan sempat menaikan beberapa pujian ke Tuhan untuk minta kekuatan, tidak lama selesai saya berdoa saya bertelfon dengan ko Redy dan disaat itu ko Redy beri kekuatan ke saya dan mendoakan saya, bahkan pada saat itu juga ko Redy menawarkan mau di apartemen aja dulu atau ke Rumah Koko aja dulu? Saya lebih memilih untuk kerumah ko Redy karena pada saat itu saya butuh orang lain juga untuk mensuport dan mendoakan saya, tak lama kemudian ko Redy jemput saya.
Setelah sampai di rumah ko Redy saya duduk dan saya merenung, saya merenungkan dipikiran saya, Tuhan kenapa si hal ini terjadi sama akunya? Mengapa secara bersamaan dengan kondisi visa saya masih di imigrasi, belum ada kepastian dan harus menunggu. Lalu secara ekonomi dan tabunganku yang tersisa sedikit, sumber penghasilan perekonomian pada saat itu hanya saya seorang diri. Di sisi lain harus membiayai adik saya yang kuliah dan yang satu lagi yang bersekolah di sekolah swasta yang perlu banyak biaya. Bahkan pada saat itu untuk beli tiket pulang saja tidak cukup. Namun di situ juga Tuhan ambil papa dari kami. Selama ini saya dan adik adik saya sudah setia melayani Tuhan. Saya sangat sedih, bahkan kecewa kepada Tuhan dan saya menangis. Ps. Redy juga bertanya sampai beberapa kali ke saya “Kamu kenapa? Kalo ada apa-apa coba cerita mana tau kita bisa bantu” tetapi saya tidak memberi tahu Ps. Redy secara langsung, namun Ps. Redy selalu menguatkan saya pada saat itu.
Lalu tiba-tiba saya diingatkan kembali oleh Tuhan, saya teringat oleh ayat firman Tuhan yang berkata demikian,
“Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu” – Mazmur 116:7
“Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanku bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.” – Yesaya 55:8
Saya teringat dengan apa yang Ps. Redy sampaikan di komsel beberapa waktu yang lalu, yang berkata demikian ‘Jangan buka cela buat si iblis sehingga iblis masuk’. Saya tersadar dan saya sangat mengucap syukur kepada Tuhan karena telah mengingatkan kembali akan hal itu.
Akhirnya saya coba tenangkan diri dan berdoa lagi ke Tuhan dan meminta ampun, dan saya juga bilang ke Tuhan “Tuhan aku pengen pulang, akua pengen jumpa papa saya yang terakhir kalinya, Tuhan tolong bukakan jalan.” Berkali-kali saya berdoa seperti itu sampai nangis. Tidak lama setelah itu teman-teman ICF MAKATI termasuk Ps. Redy dan ci Elsa memberi kekuatan kepada saya dan mendoakan saya. Setelah itu Ps. Redy ci Elsa dan teman sebagiannya pergi keluar sebentar dikarenakan ada kerjaan, tersisa saya dan David. Setelah itu tak lama saya paksa-kan diri saya untuk makan, setelah makan juga saya paksakan diri untuk tidur karena pada saat itu kepala saya sangat sakit dan tidak lupa juga dengan doa dan harapan saya tadi, selalu saya panjatkan kepada Tuhan.
Tidak lama saya ke bangun dan saya mengecek hp dan puji Nama Tuhan saya mendapat kabar bahwa visa dan paspor saya sudah ready dan sudah bisa di ambil ke kantor. Saya sangat bersyukur karena sebelum jam 6 sore visa dan paspor saya sudah ready, saya kembali berdoa mengucap syukur dan berterimakasih kepada Tuhan. Saya berkata kepada Tuhan ‘Tuhan visa saya sudah ada namun uang saya tidak cukup untuk semua segala keperluan, ya Tuhan tolong buka kan jalan.’ Dan ntah mengapa timbul di perasaan dan di hati saya Tuhan pasti akan tolong, saya terus menerus berdoa sampai di mana Ps. Redy dan David take video untuk pelayanan, disana juga saya terus menerus berdoa dan sampai lah saya mendapat kan pesan lagi dari kantor yang isi nya “Kevin ini ada PEK KIM (sumbangan) dari kantor ya turut berduka cita ya.” Disana saya berkata dalam hati “Tuhan Yesus baik, Tuhan bantu dengan hal yang tak terduga-duga.” Saya nangis dan berdoa mengucap syukur sungguh tak pernah terlambat pertolongan Tuhan. Dan pada jam 22.00 saya sudah mulai berangkat.
Puji nama Tuhan jam 1 siang lewat tanggal 19 April 2024, saya sampai dengan selamat di Medan, dan dapat berjumpa dengan papa saya untuk terakhir kalinya. Tuhan Yesus baik menjawab apa semua yang saya minta dan harapkan. Tak sampai di situ saja, di sore hari nya hujan deras menghampiri yang seharusnya di rumah dan kawasan itu banjir dikarenakan rumahnya belum di timbun namun karena Tuhan Yesus baik pada saat itu tidak terjadi banjir. Dan sampai lah di tanggal 20 April 2024 papa saya dikebumikan. Pada saat mau berangkat dari rumah duka matahari terik sekali, namun ketika sudah sampai di pemakaman langit-langit sudah gelap bahkan sudah ada rintik kecil-kecil, ketika sedang firman Tuhan gerimis sudah semakin deras, saya berdoa lagi kepada Tuhan, “Tuhan tolong kira nya jangan turunkan hujan sebelum pemakaman papa saya selesai.”
Saya sedih saat itu namun lagi dan lagi Tuhan Yesus baik, hujan tidak jadi turun saya melihat ke langit langit pas di tengah-tengah langit itu sekitar pemakaman menjadi terang namun jauh dari pemakaman saya melihat awan sudah gelap gulita. Jujur, saya terharu Tuhan Yesus baik banget Tuhan selalu berpihak ke saya dan keluarga, hujan tidak turun sampai pemakanan papa saya selesai. Setelah saya dan keluarga sampai di rumah, hujan deras pun turun. Sungguh Tuhan Yesus itu baik, Tuhan Yesus teramat luar biasa dan peduli, di saat berduka Tuhan menghibur dengan kuasa nya yang sangat luar biasa.
Semasa papa saya hidup, beliau adalah sosok seorang ayah yang sangat pekerja keras, di saat papa saya sakit selama 7 tahun lebih, papa saya menahan sakitnya dan tetap bekerja untuk mencukupi kami agar dapat bertahan hidup. Bahkan setiap hari papa selalu mengantar kami pergi sekolah. Tak hanya itu saat hujan pun, papa rela sakit-sakitan mengantarkan kami ke gereja untuk dapat beribadah dan melayani Tuhan. Jika terjadi apa-apa juga dengan kami papa selalu maju paling depan, sama seperti Tuhan Yesus yang begitu besar kasih-Nya.
Sungguh besar kasih papa terhadap kami anak- anaknya, namun Tuhan Yesus lebih sayang ke papa, mungkin secara fisik papa adalah manusia yang terbatas untuk menjaga kami, namun saya percaya Tuhan Yesus adalah Bapa yang tak terbatas yang selalu setia menjaga anak-anaknya, dan tak dibiarkannya anak-Nya menjadi yatim piatu. Sebab Firman Tuhan berkata demikian,
“Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda, itulah Allah di kediaman-Nya yang kudus.” – Mazmur 68:5
“Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu.” – Yohanes 14:18
Puji Tuhan, semua acara dan kebutuhan yang diperlukan dari awal hingga akhir semua nya terpenuhi dan berjalan dengan lancar. Pada tanggal 29 April 2024, saya kembali ke Filipina. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan, tidak hanya menyertai saya saja, namun Tuhan mengirimin teman-teman/saudara-saudara seiman ICF-MAKATI yang baik, yang selalu support saya dan mendoakan saya. Saya sangat berterima kasih buat teman– teman/saudara-saudara sekalian.
Terlebih lagi untuk Ps. Redy dan ci Elsa yang selalu support dan mendoakan saya, yang membantu saya memesankan tiket dan memberi arahan, yang pada saat itu saya sama sekali belum pernah naik pesawat sendiri sehingga tidak mengerti memesan tiket dan apa apa saja yang harus dipersiapkan. Namun berkat ketulusan, kebaikan, dan kasih, Ps. Redy dan ci Elsa yang membantu dan mengarahkan saya dari awal saya pergi ke Medan dan kembali lagi ke Filipina, saya bisa kembali dengan aman dan selamat. Sungguh Tuhan Yesus baik dan saya sangat bersyukur kepada Tuhan bisa dipertemukan dengan teman-teman/saudara-saudara seiman (ICF MAKATI) baik dan hebat terkhusus untuk Ps. Redy dan ci Elsa..
Terima kasih, Tuhan Yesus memberkati!