AYAH YANG DIDAMBAKAN
Dibesarkan pada keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera tentulah suatu privilege bagi saya. Tetapi, ada kekosongan yang saya rasakan semasa kecil hingga remaja karena saya tidak mengenal Allah yang hidup. Ayah saya adalah pribadi yang baik, sabar dan penyayang tetapi Beliau tidak mengenal Allah. Setiap orang, tentunya, memiliki gambaran figur ayah yang di dambakan.
Bagaimana pengenalan Anda akan figur Ayah? Atau Sudahkah para Ayah dikenali oleh anak-anak sebagai sosok yang didambakan? Jika iya, siapakah Ayah yang didambakan itu?
Jika kita menelisik Alkitab, tentu akan ditemukan banyak kisah dan teladan tentang sosok atau figur seorang Ayah. Ketika kita melihat tokoh – tokoh Alkitab seperti Nuh, Musa, Abraham, Yosua, Nehemia atau Daniel, pernahkah kita membayangkan mereka sebagai seorang Ayah? Pernahkah kita menyelidikinya dan mengonstruksi suatu gambaran tentang Ayah yang didambakan sehingga maksud Allah pada kehidupan keluarga Kristen itu juga dinyatakan?
Berikut adalah hasil pembacaan reflektif saya pada konstruksi ayah, yakni mencakup tiga hal yang utama;
Ayah merupakan pemimpin spiritual di dalam keluarga. Yosua menyatakan dengan tegas siapakah Allah yang disembah. Dalam Yosua 24: 15b dikatakan bahwa,
“….Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN”
Tampak jelas, ketetapan hati Yosua menentukan arah kehidupan keluarganya. Dalam hal ini, Yosua menjadi seorang Ayah yang meng-imami keluarganya. Artinya, dia menempatkan dirinya sebagai pemimpin spiritual dan bertanggungjawab penuh atas keselamatan iman anggota keluarganya. Karenanya, keputusan Yosua atau Ayah atas siapakah Allah yang disembah menjadi keputusan iman yang penting bagi keluarganya. Jika tidak, seperti pengalaman saya tentang Ayah yang belum mengenal Allah, akan berujung dengan memberi kekosongan iman sekaligus kebimbangan di dalam hati tentang keselamatan rohani.
Ayah berkarakter sebagai penilik jemaat Sebagai pemimpin keluarga, tentu keteladanan menjadi penting diusahakan. Disebutkan karakter penilik jemaat dapat menjadi figur seorang Ayah yang didambakan (Baca berulang 1 Timotius 3: 1- 7). Tujuan seorang penilik jemaat ialah menginginkan pekerjaan yang indah (ay.1). Pada konteks keluarga, apa yang menjadi tujuan seorang Ayah, selain daripada menginginkan keluarga yang bahagia. Karenanya ada karakter yang dilekatkan pada seorang Ayah yang didambakan, sebagaimana peniilik jemaat yang disebutkan (ay 2-4) dan terutama seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati anak-anaknya (ay.5).
Ayah itu teladan hidup dalam berperilaku. Efesus 6:4, Tampak jelas bahwa Ayah menjadi teladan hidup bagi anak-anaknya. Bagaimana seorang Ayah berpikir, bertutur dan berperilaku akan menentukan bentuk kehidupan yang dijalani anak-anak atau keluarganya.
Ketiga hal tersebut: Iman, Karakter, dan Keteladanan laku hidup, menjadi kualitas dari sosok Ayah yang didambakan. Kiranya para Ayah terus mengerjakan keselamatan dalam kehidupan keluarga dan menjadi Ayah yang didambakan. Happy Father’s Day!