Berkat Stres

Filipi 4:4

Sebulan ini saya menemukan bahwa ketika saya punya waktu dan kenyamanan lebih, saya malah bisa terlambat datang ke kantor. Tetapi ketika saya tinggal lebih jauh dan harus benar-benar memperhitungkan kemacetan Jakarta, saya malah selalu datang lebih awal.

Pada bulan ini juga saya mendengar kisah dari teman yang melakukan perjalanan liburan bersama keluarganya di seputaran Jakarta. Lebih dari lima kali mereka gagal. Tempat yang dituju tutup, waktunya tidak pas, bukan KTP Jakarta dilarang masuk, dan bahkan hotel yang sudah dibooking tidak ditemukan. Tetapi sungguh diluar dugaan, teman saya ini mendapati bahwa anaknya yang masih TK dapat mengatakan, “Tidak apa-apa mami, yang penting kita bersama-sama.” Hal itu sungguh melegakan sang mami yang sudah khawatir anaknya kecewa.

Dari dua cerita di atas, dapatkah saudara melihat kesamaannya?

Hidup ini kadang bisa diatur, kadang sudah diaturpun masih diluar kontrol. Poin penting yang perlu di highlight adalah bagaimana sikap hati. Kekecewaan bisa datang dari hal sederhana seperti salah memesan menu hingga salah memilih pekerjaan.

Kisah pertama, tekanan terhadap keterlambatan karena jarak membuat saya mempersiapkan dengan baik. Akan berbeda jika saya menghadapi tekanan itu dengan menyerah pada stress dan tidak memperhitungkan dengan baik. Stres semacam ini menjadi positif karena membuat saya lebih waspada. Sementara kenyamanan dan tidak adanya tekanan akan kemacetan membuat saya lengah.

Kisah kedua, setiap kegagalan perjalanan dapat menjadi alasan untuk marah dan kecewa serta stress. Tetapi sikap hati yang melihat hal baik dan bersyukur malah membuatnya menjadi perjalanan yang berkesan manis dan mempererat relasi keluarga.

Keadaan tidak selalu bisa dikontrol. Stres bisa datang dari mana saja. Tetapi kita bisa pilih untuk menjadikannya positif (sebagai berkat) atau negatif (sebagai beban). Hal ini menolong kita lebih memahami apa yang Firman Tuhan katakan dalam Filipi 4:4, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”. Paulus menuliskannya dalam penjara. Tetapi ia memilih untuk bersukacita. Ia percaya bahwa God is in control.

Selamat memilih. Selamat berjuang dan jangan lupa bersukacita!

Tuhan Yesus Memberkati