Skip to content

Courageous Acceptance

  • by

COURAGEOUS ACCEPTANCE

Berbicara mengenai panggilan, minggu lalu kita telah belajar bahwa setiap kita orang percaya memiliki panggilan yaitu memuliakan Tuhan di dalam segala bidang yang Tuhan percayakan kepada kita. Baik di dalam keluarga, di tempat kita menimba ilmu, di tempat kita bekerja, di tempat kita melayani, dan ke mana pun kita berada. Setelah kita mengetahui bahwa kita memiliki panggilan khusus dari Tuhan, lalu bagaimana kah seharusnya kita menyikapi panggilan Tuhan tersebut di dalam hidup kita? 

Saat ini kita akan belajar dari kisah dua tokoh dalam Alkitab, bagaimana saat mereka meresponi panggilan Tuhan. Tokoh yang pertama yaitu Yunus. Firman Tuhan dalam Yunus 1:2-3 berkata demikian,  

Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku.” Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN, ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN.  

Dari sini kita dapat melihat respon yang dilakukan Yunus ketika Allah memanggilnya, ia menolak panggilan Tuhan. Ia mencoba melarikan diri dari panggilan Tuhan. Allah memerintahkan dia untuk pergi dan berseru ke Niniwe oleh karena kejahatan mereka telah sampai kepada-Nya, tetapi dia malah pergi ke Tarsis. Alasan besar yang membuat Yunus tidak mau pergi ke Niniwe yaitu dia tahu bahwa jika orang Niniwe bertobat maka Allah akan mengampuni dan mangasihi mereka (Yun. 4:2). Yunus tidak mau hal itu terjadi. Allah begitu mengasihi bangsa Niniwe, oleh karena itu Allah mau memakai Yunus sebagai alat-Nya untuk memberitakan dan membuat bangsa Niniwe bertobat. Allah mau menunjukkan bahwa kasih Allah tidak terbatas, jika orang mau bertobat dan berbalik kepada-Nya maka Ia akan mengampuni. 

Sedangkan tokoh yang kedua yaitu Yesaya. Firman Tuhan dalam Yesaya 6:8 berkata demikian,  

Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Maka sahutku: “Ini aku, utuslah aku!” 

Dari ayat diatas kita dapat melihat bagaimana Yesaya meresponi panggilan yang diberikan oleh Tuhan. Yesaya, langsung meresponinya dengan yakin dan berani dengan berkata “Ini aku, utuslah aku!” Inilah yang dimaksud dengan courageous acceptance! 

Lalu apakah yang membuat Yesaya begitu yakin dan berani dalam meresponi panggilan Tuhan? Karena kasih dan keyakinannya bahwa Allah akan senantiasa menyertai dan memampukannya dalam memenuhi panggilan Tuhan.  

Sebagai ilustrasi, ada sebuah kisah tentang seorang ibu yang sedang menidurkan anaknya yang masih bayi saat siang hari. Lalu di suatu hari, rumahnya terbakar dan ibu ini baru sadar ketika para tetangganya meneriaki sang ibu untuk segera keluar dari rumah karena api sudah semakin membesar. Di tengah kepanikannya, dengan sangat cepat ia menggendong anaknya. Tetapi ketika ia ingin keluar, dia tidak dapat menemukan di mana kunci pagar rumahnya. Lalu, oleh karena rasa sayangnya yang begitu dalam kepada sang anak yang membuat dia berani untuk melompati pagar yang cukup tinggi.  

Saat dia melompati pagar tersebut, ada dorongan yang begitu kuat untuk menyelamatkan anaknya. Ya, karena begitu dalam rasa sayangnya kepada sang anak. Bukankah seharusnya kita juga memiliki rasa cinta yang sama seperti yang dilakukan ibu tersebut dalam memenuhi panggilan Tuhan? Oleh karena dalamnya rasa cinta kita kepada Tuhan, maka seharusnya kita memiliki dorongan dan keberanian untuk senantiasa meresponi dan juga menjalani panggilan Tuhan.  

Pada saat Allah memanggil Yesaya, ia tahu bahwa ia akan melayani bangsa yang sedang dalam keadaankacaubaik secara sosial dan juga spiritual. Bangsa ini sedang terpuruk, oleh karena peperangan dengan bangsa Asyur dan Babel. Mereka jauh dari Tuhan, mereka malah menyembah ilah lain. Walaupun Yesaya tahu bahwa ia akan melayani bangsa yang demikian, tetapi itu tidak membuat dia takut dan tawar hati melainkan dia tetap berani menerima panggilan Tuhan. Oleh karena rasa cintanya kepada Tuhan dan keyakinannya akan janji penyertaan Tuhan dalam menjalankan panggilan tersebut.  

Dari kedua tokoh ini kita dapat melihat perbedaan respon yang diberikan ketika Allah memanggil mereka. Kita belajar bahwa memang terkadang memang tidak mudah untuk melayani orang-orang yang kita ketahui bahwa mereka ‘tidak baik/jahat’. Tetapi dari sini kita dapat melihat bahwa kasih Allah tidak terbatas untuk siapa pun. Justru seharusnya kita terus melatih diri kita untuk memiliki belas kasihan yang sama seperti yang Allah miliki. Sehingga apa pun dan kemana pun Allah memanggil kita untuk menjalankan panggilannya, kita dapat meresponinya dengan baik dan berani. Bahkan kita pun akan melihat dan mengalami bagaimana penyertaan dan kuasa Tuhan nyata dalam hidup kita.  

Marilah sebagai orang-orang percaya, kita dapat meneladani Yesaya dalam meresponi panggilan Tuhan. Oleh karena kasihnya yang begitu besar kepada Tuhan, maka di mana pun, ke mana pun, dan seberapa pun tantangan yang akan ia hadapi tidak membuat kita mundur dan tawar hati untuk menjalankan panggilan Tuhan. But, when we respond to God’s call with courageous acceptance, it proof our love to God and our neighbor. 

God bless you!