ETERNAL LIFE

ETERNAL LIFE

Dosa membuat manusia mengalami hukuman Allah. Hukuman itu bukan baru akan diterima dalam hukuman kekal kelak, tetapi sudah dialami kini. Hidup dalam belenggu dosa dan lebih mencintai kegelapan daripada terang sudah merupakan hukuman yang seseorang alami akibat dosa-dosanya.

Membahas mengenai ‘eternal life’ teringat akan sebuah kisah “Percakapan Yesus dengan Nikodemus” dalam Alkitab yang tertulis dalam Yoanes 3:1-21. Nikodemus adalah seorang pemimpin agama Yahudi, anggota Mahkamah Agama, anggota majelis, anggota dewan penasihat, seorang berpengaruh di Yerusalem. Ia datang kepada Kristus dengan segala kesungguhan.

Ia mengadakan percakapan secara pribadi dan khusus dengan Kristus karena ia tidak merasa puas hanya dengan mendengarkan perkataan-perkataan-Nya di tengah orang banyak. Ia memutuskan untuk berbicara kepada-Nya sendiri, di tempat di mana ia merasa bisa bebas berbicara dengan-Nya. Meskipun ia datang pada malam hari, Kristus menyambutnya dengan baik, menerima kejujurannya, dan memaafkan kelemahannya.

Apa yang dikatakannya. Ia tidak datang kepada Kristus untuk membicarakan masalah politik dan kenegaraan (meskipun ia seorang pemimpin), melainkan mengenai masalah-masalah yang menyangkut jiwanya sendiri dan keselamatannya, dan tanpa berbelit-belit ia langsung membicarakan inti permasalahannya. Ia memanggil Kristus Rabi, yang berarti seorang yang besar.

Tuhan Yesus mengajarkan bahwa betapa pentingnya lahir kembali. Tetapi apa yang dikatakan Yesus secara rohani tampaknya dimengerti oleh Nikodemus secara jasmani. Nikodemus mengakui bahwa dia memang tidak mengerti maksud Kristus, “Bagaimana mungkin hal itu terjadi?” (Yoh. 3:9).

Sebagai seorang Farisi, Nikodemus tentu akrab dengan Perjanjian Lama. Ia tahu tentang kisah ular di padang gurun (Bil. 21:4-9). Yesus mengibaratkan kematian-Nya di kayu salib seperti kisah digantungnya ular tembaga di sebuah tiang. Itu terjadi karena orang-orang Israel memberontak melawan Allah. Sebagai hukuman Allah, maka Allah mengirimkan ular-ular tedung untuk memagut mereka. Ketika Musa berdoa kepada Allah, Allah memerintahkan Musa untuk membuat ular tembaga dan menggantungnya. Siapa saja yang dipagut ular harus memandang ular tembaga itu, bila ingin disembuhkan. Begitu pulalah kematian Yesus di kayu salib. Manusia yang telah berdosa karena melawan Allah harus menerima hukuman.

Namun, Allah tidak ingin manusia tetap hidup dalam dosa. Allah mengasihi manusia dan ingin manusia tidak binasa dalam dosa dan hukuman Allah, tetapi beroleh hidup yang kekal (ayat 16). Tujuan Tuhan Yesus datang ke dalam dunia ini bukan untuk menghakimi melainkan menyelamatkan manusia dari hukuman dosa (ayat 17). Hanya Tuhan Yesus yang dapat menyelamatkan manusia dari dosa dan hukuman kekal sebab Ia datang dari surga (ayat 13). Tidak ada seorang pun yang mampu berusaha sendiri untuk bebas dari dosa dan menerima pengampunan serta mamiliki hak masuk surga, kecuali melalui pertolongan Tuhan Yesus.

Manusia hanya dapat mengalami keselamatan apabila menerima cara penyelamatan dari Allah sendiri. Cara tersebut adalah Allah Bapa mengutus Kristus, Putra Tunggal-Nya sendiri dan memberi Roh ke dalam hati manusia untuk memperbarui hati tersebut. Roh memperbarui hati agar hati tersebut beriman kepada Tuhan Yesus dan menerima salib Kristus sebagai jalan keselamatan dari Allah. Salib mungkin sekali ditolak oleh penganut agama Yahudi karena melambangkan kehinaan, tetapi untuk Yohanes salib adalah cara Allah meninggikan Tuhan Yesus dan menyelamatkan kita (ayat 14).

Seperti halnya ular tembaga yang didirikan oleh Musa menjadi jalan kesembuhan bagi mereka yang dipagut ular, demikian juga salib Yesus adalah jalan keselamatan bagi kita yang dipagut bisa dosa. Siapa yang percaya kepada karya salib Kristus mendapatkan kesembuhan rohani (dilahirkan baru oleh Roh).

Kasih Allah kepada manusia dinyatakan dengan jelas dalam pengutusan Anak Tunggal-Nya. Tujuannya adalah agar melalui misi itu selain sebagai ekspresi kasih dan kepedulian Allah kepada manusia, adalah juga untuk menyelamatkan manusia dari cengkeraman dosa. Bahwa kasih Allah yang diwujudkan di dalam pengutusan Kristus harus kita responi dengan mengasihi Allah lewat ketaatan untuk hidup dalam terang.

Oleh karena itu, marilah percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat di dalam kehidupan kita, sehingga kita memiliki hidup yang kekal. Dan milikilah imam yang benar bahwa keselamatan yang kita peroleh adalah berkat terbesar yang tidak dapat tergantikan, maka nikmati proses-Nya maka Tuhan akan berikan progres dalam hidup kita.

Tuhan Yesus memberkati!