ICF MAKATI; A HOME



Dalam kehidupan ini, manusia tidak lepas dari apa yang disebut dengan komunitas. Kita sebagai orang Kristen sendiri tentu tidak asing dengan istilah “fellowship”, atau perkumpulan. Arti dari kata ini sendiri tidak jauh-jauh dari konsep berkomunitas, menjalin hubungan atau relasi, dan juga perkumpulan. Fellowship juga merupakan satu hal yang sangat dipertahankan di ICF Makati.
Kekeluargaan tampak menjadi kata yang sangat pas untuk mendeskripsikan fellowship di ICF Makati. Ya, kekeluargaan merupakan sesuatu yang sangat terasa kental. Sammy, salah satu jemaat di ICF Makati mengatakan bahwa pertemuannya dengan ICF Makati merupakan sesuatu yang sangat ia syukuri dalam hidupnya. Ia menceritakan bahwa pada Januari 2018 awal ketika istrinya meninggal, ICF Makatilah yang hadir dan melayaninya. Padahal, saat itu ia merupakan jemaat baru. Kesaksian lain yang dirasakan oleh Desi, salah satu jemaat ICF sejak tahun 2015, pun mengatakan bahwa ICF Makati sangat berani untuk merangkul orang-orang baru meskipun dinamika orang-orang disini sangat cepat tendensinya untuk datang dan pergi. Hal ini dikarenakan basis dari fellowship di ICF Makati adalah family.
Salah satu bentuk membangun fellowship di ICF Makati adalah diadakannya sesi fellowship setiap hari Minggu setelah ibadah. Sejak pertama kali Ps. Redy sebagai gembala hadir di ICF Makati, fellowship telah menjadi satu hal yang selalu ada. Poin ini pun semakin diteguhkan sejak ia pergi ke Singapura dan mengunjungi salah satu gereja yang ada disana. Lebih detail mengenai pengalaman ini, teman-teman dapat mengetuk tautan ini.
Sebagaimana yang Tuhan telah nasihatkan kepada kita untuk menjalin hubungan dengan sesama kita, mari kita terus bertumbuh bersama-sama dalam persekutuan kita di ICF Makati. Tidak ada yang sempurna dalam suatu kelompok sosial, namun marilah kita saling melengkapi dalam segala kelebihan maupun kekurangan kita. Mari bergabung bersama dalam fellowship di ICF Makati!
“Keberadaan ICF Makati dan kekeluargaannya di hidup saya sangat menolong saya menjadi tidak putus asa dan juga merasa desperate karena perasaan kesendirian itu. Bahkan, saya menjadi bisa menolong orang lain yang pernah mengalami hal yang sama dengan saya.” –Sammy
“ICF feels like home. Di rumah pun, ada konflik. Tapi endingnya juga kita balik ke rumah. It feels like home karena perhatiannya itu nggak sekedar basa-basi, dan selalu continuous. Ada orang yang perhatiannya karena lagi butuh aja, tapi hampir semua disini itu saling menghubungi itu karena care.” –Desi