Iman Kaleb

Dalam kitab Yosua kita bisa melihat kisah Kaleb 45 tahun kemudian. Pada saat itu Kaleb sudah berusia 85 tahun. Hingga saat itu ternyata ia belum juga memperoleh apa yang dijanjikan Tuhan kepadanya. Bayangkan sebuah penantian 45 tahun. Mampukah kita bersabar setengahnya saja? Tentu sulit. Tapi Kaleb menunjukkan kesetiaan yang luar biasa. Kaleb berkata “Aku berumur empat puluh tahun, ketika aku disuruh Musa, hamba TUHAN itu, dari Kadesh-Barnea untuk mengintai negeri ini; dan aku pulang membawa kabar kepadanya yang sejujur-jujurnya.” (Yosua 14:7). 10 pengintai lain menyampaikan kabar dengan pesimis, sehingga kesimpulan mereka membuat bangsa Israel menjadi tawar hati. Tapi tidak bagi Kaleb, sebab ia “tetap mengikuti TUHAN, Allahku, dengan sepenuh hati.” (ay 8).

85 tahun, itu usia yang sudah sangat renta. Pada usia seperti ini kondisi fisik pasti sudah jauh melemah. Tapi ternyata Kaleb memiliki semangat yang luar biasa. Ia berkata “pada waktu ini aku masih sama kuat seperti pada waktu aku disuruh Musa; seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang untuk berperang dan untuk keluar masuk.” (ay 11). Mungkin fisiknya sudah lemah, namun semangat hidupnya dan imannya masih tetap sama seperti 45 tahun yang lalu.

Itu menunjukkan bagaimana ia masih tetap percaya dengan apa yang dijanjikan Allah yang belum kunjung ia peroleh setelah sedemikian lama.

Kaleb menunjukkan kesetiaan yang besar yang tidak tergantung oleh situasi, kondisi maupun waktu. Ia hanya tahu, jika Tuhan sudah berjanji, pada waktunya janji itu pasti ditepati. Ia tahu betul bahwa Tuhan bukanlah Pribadi yang suka ingkar janji. Dan pada usia ke 85 itu akhirnya Kaleb bin Yefune menerima apa yang telah dijanjikan untuknya. Ia memperoleh Hebron sebagai milik pusakanya. (ay 13). Hebron bukanlah kota yang termudah untuk ditaklukkan, justru merupakan sebuah kota yang didiami oleh orang-orang yang paling besar di antara bangsa raksasa, Enak. (ay 15). Keteguhan hati, semangat hidup, kepercayaan penuh dan kesetiaan tak terbatas mewarnai iman dari Kaleb. Dan Alkitab mencatat hal itu dengan gemilang. “Itulah sebabnya Hebron menjadi milik pusaka Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, sampai sekarang ini, karena ia tetap mengikuti TUHAN, Allah Israel, dengan sepenuh hati.” (ay 14).

Mampukah kita bersabar dalam iman kita seperti Kaleb? kekuatan iman kita sesungguhnya akan teruji oleh waktu, Tuhan tidak akan pernah ingkar janji, hanya saja waktu-Nya mungkin berbeda dengan keinginan kita. Di saat seperti itu, sanggupkah kita menunjukkan konsistensi iman kita seperti Kaleb sampai akhir?

Tuhan Yesus memberkati