Manusia Rapuh

Seorang seniman dan penyair bernama Sagar pernah berkata, “Dunia yang kejam ini gagal untuk merangkul keindahan jiwa yang lembut, dan kemudian bertanya-tanya mengapa semua orang menjadi dingin?”
Seperti yang kita sama-sama ketahui bahwa dunia telah jatuh ke dalam dosa. Semakin hari, rasanya kehidupan tidak semakin mudah. Ketidakadilan, keserakahan, dan kekejaman lainnya terjadi di sekeliling kita. Kondisi-kondisi ini lahir dari kerapuhan manusia akan dosa dan mengakibatkan kerapuhan yang lebih besar di dalam diri manusia satu sama lain. Tanpa kita sadari, manusia menjadi saling menyakiti, saling mencelakai, dan lain-lain.

            Di dalam Kitab 2 Korintus 4, Paulus menerangkan kondisi yang hampir sama dengan apa yang jemaat Korintus alami pada saat itu. Dalam ayatnya yang ke-7A, Paulus menggambarkan kehidupan kita sebagai sebuah bejana tanah liat. Sebuah benda yang mudah retak dan pecah. Ilustrasi ini diteruskan dengan sebuah keterangan di dalam ayat 7B, dimana di situ dikatakan bahwa, “supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.” Sebuah konfirmasi yang begitu menenangkan kita semua bahwa meskipun kehidupan kita rapuh, kita ada di tangan yang tepat. Tangan Allah yang menopang kehidupan kita.

            Lebih jelas lagi, di dalam ayatnya yang ke-8, di situ Paulus menjabarkan kondisi yang dialami oleh setiap orang seperti, penindasan, aniaya, dan pembuangan. Namun kita bisa melihat apa yang terjadi ketika kita berada di tangan yang tepat, “dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian; kami dihempaskan, namun tidak binasa.” Ada pertolongan yang tersedia bagi setiap kita terlepas dari kerapuhan yang kita miliki dan kejahatan yang kita dapati dari sekitar kita.

            Dunia akan terus berubah. Mungkin akan banyak peristiwa yang menimpa kita di luar harapan atau bayangan kita. Sebagai makhluk yang rapuh, kita tidak bisa mengandalkan atau menaruh harapan kita kepada makhluk rapuh lainnya. Oleh sebab itu Paulus berkata, “kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.” (2 Kor. 4:10) Fokuslah pada apa yang kita miliki di dalam diri kita. Ia telah mengutus Roh-Nya ke dalam setiap kita, dan itulah yang dapat menolong, menemani, dan menguatkan kita melewati setiap hal yang terjadi di dalam kehidupan kita.

“Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan maupun secara tertulis. Dan Ia, Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah Bapa kita, yang dalam kasih karunia-Nya telah mengasihi kita dan yang telah menganugerahkan penghiburan abadi dan pengharapan baik kepada kita, kiranya menghibur dan menguatkan hatimu dalam pekerjaan dan perkataan yang baik.”

(2 Tesalonika 2:15-17)