MOTHERS DAY

Amsal 31:25 Pakaiannya adalah kekuatan dan kemuliaan, ia tertawa tentang hari depan.

Berbalutkan kekuatan dan kemuliaan, bukan kecantikan dan kemewahan. Sebuh gambaran wanita sejati yang terekspresi dalam keluarga sebagai seorang Mommy. Amsal 31:25 tidak serta merta menyanjung tinggi seorang ibu. Ayat-ayat sebelumnya melukiskan kekuatan dan kemuliaan apa yang ia kerjakan: “Ia mencari bulu domba dan rami, dan senang bekerja dengan tangannya. Ia serupa kapal-kapal saudagar, dari jauh ia mendatangkan makanannya. Ia bangun kalau masih malam, lalu menyediakan makanan untuk seisi rumahnya, dan membagi-bagikan tugas kepada pelayan-pelayannya perempuan. Ia membeli sebuah ladang yang diingininya, dan dari hasil tangannya kebun anggur ditanaminya. Ia mengikat pinggangnya dengan kekuatan, ia menguatkan lengannya. Ia tahu bahwa pendapatannya menguntungkan, pada malam hari pelitanya tidak padam. Tangannya ditaruhnya pada jentera, jari-jarinya memegang pemintal. Ia memberikan tangannya kepada yang tertindas, mengulurkan tangannya kepada yang miskin. Ia tidak takut kepada salju untuk seisi rumahnya, karena seluruh isi rumahnya berpakaian rangkap. Ia membuat bagi dirinya permadani, lenan halus dan kain ungu pakaiannya. Suaminya dikenal di pintu gerbang, kalau ia duduk bersama-sama para tua-tua negeri. Ia membuat pakaian dari lenan, dan menjualnya, ia menyerahkan ikat pinggang kepada pedagang.“(Ay.13-24)

Sepanjang ayat-ayat diatas, kekuatan ibu sungguh tiada habisnya. Saya yakin setiap ibu merasakan malam-malam terjaga demi bayinya. Begitupula hari-hari cemas memikirkan masalah dalam rumah tangganya. Tidak terhitung pengorbanannya mengalah demi kebaikan keluarga. Mungkin ibu adalah seorang wanita yang penuh cita-cita dan mampu sukses dalam karier, tapi ia memilih untuk memprioritaskan suami dan anak-anaknya. Mungkin ibu adalah seorang yang tidak mengetahui segalanya, tapi ia mengerahkan segalanya demi senyuman anak-anaknya. Bagaimana dengan pengalaman masa lalunya sebagai seorang anak? Entah itu baik atau buruk, yang ia tahu hanya mengusahakan pengalaman terbaik demi anak-anaknya. Ya, ada banyak ibu tidak sempurna. Dalam satu dan lain hal mungkin juga telah membuat anak dan suami terluka. Tetapi seringkali kita lupa bahwa ia-lah yang paling terluka melihat suami dan anak-anaknya terluka karenanya.

Tidak hanya bekerja, tetapi hikmatnyapun nyata dalam mendidik keluarganya, “Ia membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya” (Ay.26). Harapannya kini bukanlah pada hidupnya sendiri. Meneruskan iman, meluruskan jalan, menerangi pikiran anak-anaknya adalah caranya mencapai harapan dan masa depan. Kesuksesan suami, keberhasilan anak-anak, adalah kebahagiaannya.

Setiap kita punya versi yang berbeda akan cerita tentang ibu. Tapi Kasih Allah yang dititipkan lewat seorang ibu memiliki porsi sangat besar yang melingkupi kita hingga hari ini. Bagaimana kita menerimanya? Ayat 31 mengatakan, “Berilah kepadanya bagian dari hasil tangannya, biarlah perbuatannya memuji dia di pintu-pintu gerbang!” Doakan ibu, bersyukur atas kekuatannya, bersukacita atas kemuliaannya, izinkan ia meneruskan perannya, hangatkan hatinya, dengarkan pengalamannya, teladani imannya, peluk kasihnya, hargai keunikannya, terima kelemahannya, dan tunjukkan perhargaan kepadanya. Biarlah kisah hidup kita bersama dengan ibu kita menemukan cara terindahnya untuk membuatnya tertawa tentang hari depan.

SELAMAT HARI IBU.

Tuhan Yesus Memberkati!