BAHAYA NARSIS

Istilah narsis atau narsisme adalah perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan. Orang-orang yang amat mencintai diri pada umumnya suka menganggap benar sudut pandangnya sendiri, sulit menerima kritik, dan sering kali kurang mempedulikan pendapat atau perasaan orang lain. Hatinya tidak tenang ketika ia kurang dikenal atau tidak menjadi tokoh sentral dalam lingkungannya. Ia merasa sempurna, tidak pernah membuat kesalahan, dan ada dorongan tak terpuaskan dalam dirinya untuk selalu ditinggikan, dikagumi serta dipuji. Ia gelisah saat tak bisa memegang kendali atas orang lain. Orang-orang ini tidak berani melihat, apalagi mengakui dan menerima kelemahan diri sendiri.

Apakah Anda ingat tokoh Alkitab bernama Haman? Salah satu tokoh Alkitab yang dapat dibilang dibilang seorang yang narsis. Betapa tidak? Sebagai pejabat ia haus kuasa, gila hormat, dan selalu memakai wewenangnya untuk memenuhi kepentingan pribadi. Sebagai pribadi ia gemar memamerkan diri, suka dipuja, dan cuma mau tahu tentang dirinya sendiri. Pusat perhatiannya ialah diri sendiri. Kebanggaannya ialah berkata, “Tiada yang lain, kecuali aku.”

Akibat sifat narsis yang dimilikinya seluruh keluarganya binasa (Ester 9:12-13), terdilah pertumpahan darah di seluruh wilayah negeri jajahan Persia dan puluhan ribu nyawa melayang (Ester 9:16). Induk dari banyak persoalan, keributan, bahkan bencana di dunia ini adalah pribadi-pribadi narsistik yang egois, yang tahunya hanya diri dan ambisi pribadi. Tuhan sungguh ingin hidup kita memberkati sekitar, bukan menyusahkan orang. Membawa keteduhan, bukan kegaduhan. Menghadirkan sejahtera, bukan bencana. Membuat orang lain bahagia. Membuat orang lain bahagia, bukan menderita. Maka, jauhilah egoisme dan narsisisme. Sudah seharusnya sebagai orang Kristen, hidup dan keberadaan kita dapat menjadi dampak positif bagi orang di sekitar kita.

HATI YANG BEKU OLEH EGOISME TAK AKAN PERNAH MEMBERI MANFAAT BAGI SEKITAR.

Tuhan Yesus memberkati