SAYA MAU MENJALANINYA DENGAN SUKACITA TUHAN

 

Menjalaninya dengan sukacita Tuhan | Saya mempunyai mimpi yang sangat tinggi, saya ingin keliling dunia dan merasakan dunia. Oleh karena itu setelah selesai S2, saya mencari beasiswa S3 ke berbagai negara terutama Amerika dan Inggris, dimana ke-2 negara itu adalah negara yang sangat ingin saya datangi. Tapi semuanya tidak ada yang berhasil.

Akhirnya saya ingat ada satu sumber beasiswa yang masih bisa saya hubungi, akhirnya saya kontak dia. Saya berkata, ‘Saya tidak punya uang, bisakah saya daftar dengan 0 rupiah, dan kalau bisa di universitas mana ?’. Sumber beasiswa itu menjawab,’ Ya, kamu bisa daftar asal kuliahnya di Filipina, kalau di tempat lain kamu harus cari uang sendiri.’

Wah Filipina, saya merasa berat karena masih di Asia sama seperti Indonesia. Tapi mau ngga mau memang, seperti Firman Tuhan berkata ,’ Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, yang tidak pernah timbul dalam hati, yang tidak pernah muncul dalam hidup kita itu yang Tuhan sediakan.

Biasanya yang kita pikirkan itu adalah apa yang kita inginkan. Yang ada di pikiran kita, hati kita setiap hari dalam rencana hidup kita adalah semua yang kita inginkan. Sampai akhirnya karena semua permohonan beasiswa saya gagal, saya berkata, ‘ Tuhan, ini adalah beasiswa terakhir.’

Tapi saya masih malas untuk dateng ke Manila, saya masih saja mencari peluang yang lain. Suatu hari saya bertemu rekan saya, tiba-tiba dia berkata, ‘ Eh, Yus kamu mau kemana ?, Tadi malam aku mimpi kamu pergi ke utara ke sebuah negara, orangnya sama kaya kita tapi bahasanya beda. ‘HAH ??, Langsung saya bilang sama Tuhan, ‘Tuhan ini kah jawabMu ?’

Akhirnya pada awal bulan Maret 2019 saya memutuskan untuk daftar, walaupun masih dengan berat hati. Padahal saya sudah keterima beasiswa beberapa bulan sebelumnya. Batas untuk melapor kepada pemberi beasiswa adalah tgl 15 April 2019, tapi dari pihak universitas masih belum ada email yang masuk sampai tanggal 14 April 2019. Saya mulai ketar-ketir dan berdoa kepada Tuhan. Akhirnya email dari Ateneo baru saya terima bulan Juni 2019, puji Tuhan isinya menyatakan bahwa saya diterima di Universitas Ateneo.

Dalam hati saya berkata, ‘Aduh Tuhan, masuk Ateneo aja ko susahnya begini ya ?’. ‘Ya iya, mangkanya kamu masih kepengen yang tinggi2 ?, suara hati saya menjawab.
Tapi ketika sudah keterima itu, saya tidak mau berangkat lagi. Masih ada kepikiran untuk mancari yg lain lagi.

Suatu saat ketika saya sedang diam, tiba-tiba dalam hati saya timbul sesuatu yang galak, galak sekali berkata, ‘Kamu berangkat, kalau tidak, tidak usah sama sekali.’ Wah.., saya kaget, aduh ini siapa ?? Ya Tuhan, ya Tuhan aku mau berangkat.’ Akhirnya saya berangkat ke Filipina dan menjadi mahasiswa Ateneo. Tapi sudah sampai disini, perasaan ingin pindah dan tidak mau di Filipina masih ada. Sampai hari Minggu lalu saya masih pengen pindah dari Filipina.

Tapi pada hari kamis, ada mata kuliah yang mahasiswa diminta untuk maju ke depan untuk menjawab soal. Ada 5 soal, soal no.1 paling mudah dan soal no.5 paling sulit. Saya mendapat soal no.2 , saya kerjakan dan akhirnya jawaban saya itu salah. Dalam 1 sampai 2 hari saya memikirkan jawabannya dan tidak ketemu, tapi oleh dosen langsung diberikan jawaban ternyata kuncinya itu sangat gampang sekali, hanya 3 baris. Saya merasa malu sekali, hanya jawaban seperti itu saja ko saya tidak bisa.

Saya bicara kepada Tuhan,’Tuhan bagaimana ini ?’ , lalu dalam hati timbul, ‘Masih ngga mau terima ?’ Wong dikasih yang mudah aja kamu ngga bisa.’ Akhirnya setelah itu saya berkata kepada Tuhan ‘Ya sudah, saya mau menjalaninya dengan sukacita Tuhan ternyata disini juga rumit ngga gampang.

Kesaksian Yulius @⁨Yus⁩
Manila, 2020

Untuk kesaksian lainnya, silahkan baca di sini