Skip to content

SHADOW

Jika di minggu yang lalu, kita belajar dari kisah Tomas yang jujur dengan kebingungan yang ada di dalam dirinya dalam memahami perkataan Yesus. Saat ini kita akan belajar kembali dari kisah Filipus, yang adalah murid Tuhan Yesus yang berasal dari Betsaida, sebuah kota nelayan yang terletak di pesisir paling utara Laut Galilea (Yoh. 1:44-45). Meskipun Filipus termasuk dalam daftar para murid di dalam Matius, Markus, Lukas, namun satu-satunya informasi tentang kehidupan berasal dari manakah dia, hanya dituliskan di dalam Injil Yohanes.

 

Kata Filipus kepada-Nya: “Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.” Kata Yesus kepadanya: “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya. Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri. – Yohanes 14:8-11

 

Baru saja Yesus memberitahu murid-murid-Nya bahwa siapapun yang mengenal Dia juga mengenal Bapa (Yoh. 14:7). Tetapi rupanya Filipus mirip dengan Tomas, ia membutuhkan lebih banyak bukti, sehingga ia mengatakan “Tuhan, tunjukanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.”

 

Permintaan  Filipus mengacu kepada pengertian Perjanjian Lama. Filipus mengharapkan theofany (penampakan fisik Tuhan kepada manusia). Salah satunya peristiwa Musa di gunung Sinai (Kel. 33:18-23), dimana Musa meminta kepada Allah supaya memperlihatkan kemuliaan-Nya kepada dia. Hal ini terlihat dari penggunaan kata δεῖξον (deixon) dalam bentuk imperatif yakni ‘tunjukkanlah atau perlihatkanlah.’ Kata ini memperlihatkan sikap Filipus yang mendesak Yesus supaya diperlihatkan Bapa kepada mereka. Penekanan ini muncul dari kata ἀρκεῖ (arkei) (orang ketiga tunggal, indiktif, present, aktif dari kata ρκέω yang artinya “cukup, menjadi kuat, menjadi puas.” Ini memperlihatkan bahwa mereka sama sekali tidak mengerti maksud Yesus. Mereka berpikir, jika mereka dapat melihat Allah secara fisik, itu cukup membuat mereka percaya. Seakan-akan jika tidak melihat secara fisik, maka hal itu tidak cukup bagi mereka, itu yang akan membuat mereka merasa puas.

 

Lalu bagaimana respon Yesus terhadap permintaan Filipus? Yesus cukup terkejut dengan permintaan Filipus, memperhatikan dari jawaban-Nya kepada Filipus (ayat 9). Lalu Yesus menegurnya,

I have been with you ὑμῶν (hymōn) (2nd person plural) all this time, and still you ἔγνωκάς (egnōkas) (2nd person singular) do not know Me?

Pengajaran Yesus dalam bentuk teguran halus itu ditujukan kepada semua murid, tetapi penekanan bentuk tunggal jelas ditujukan kepada Filipus. Setelah Yesus menegur mereka, maka Yesus mulai menjelaskan diri-Nya dengan menekankan bahwa Dia dengan Bapa adalah satu. Makna perkataan Yesus “telah sekian lama” bukan hanya ‘tinggal Bersama-sama’ tetapi pekerjaan yang Yesus lakukan adalah pekerjaan Bapa-Nya. Bahkan kehadiran-Nya di dunia menjadi bukti bagi murid-murid bahwa melihat Yesus sama dengan melihat Bapa.

Seberapa banyak diantara kita yang masih seperti Filipus? Filipus hanya berfokus pada masalah (keinginannya untuk mendapatkan lebih banyak bukti). Terkadang masalah-masalah yang terjadi di dalam hidup kita, membuat kita menjadi salah fokus. Kita sering terlalu fokus pada masalah. Seringkali kita memandang Tuhan dalam bayang-bayang (shadow) masalah, sehingga kita kesulitan melihat terang kekuatan Tuhan yang sesungguhnya. Padahal Tuhan sudah banyak menyatakannya di dalam segala musim hidup yang kita alami.

Let us looking at our problem in the light of God’s power instead of looking at God in the shadow of your problems.

Tuhan Yesus memberkati!