SIKAP MANA YANG TERBAIK?

Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus,..(2 Korintus 10:5) 

Agresif pasif adalah salah satu sikap tidak sehat yang sering dijumpai di sekeliling kita. Bisa jadi kita sendiri secara tidak sadar melakukannya juga. Sikap ini cenderung menghindari masalah yang sesungguhnya apalagi membicarakannya. Meskipun begitu, sikap yang ditunjukkan tidaklah menyenangkan dan cenderung menyakiti orang lain. Pikiran negatif menempatkan diri kita sebagai korban dan orang lain sebagai pelakunya. Otomatis, kita merasa berhak menghakimi dan menghukum orang lain dengan cara yang nyaman untuk diri sendiri. 

Satu paragraf yang menggambarkan secara singkat gejala dark side Agresif-pasif diatas menunjukkan kepada kita bagaimana satu kelemahan akan memicu kelemahan lainnya. Lebih buruk, kelemahan itu seringkali adalah wujud dosa yang tersamar seperti kemarahan, keegoisan, ketakutan, pikiran dan perasaan negatif, ketidakmampuan melihat masalah dari perspektif Allah, dan keinginan untuk melukai orang lain. 

Tetapi, bagi sebagian orang, sikap itulah yang dipilih sebagai jalan yang paling nyaman dalam menghadapi masalah dengan orang lain. Jika itu terjadi pada orang lain dalam relasi dengan kita, apa yang harus kita lakukan? Bila itu yang terjadi dengan kita, bagaimana kita mengatasinya? 

Konselor dan hamba Tuhan dapat menolong untuk mengenali kondisi kita. Alkitab dengan jelas memberi arahan bagi kita untuk hidup dalam terang lewat prinsip dan sikap yang positif dan benar. Ketika menghadapi gejolak emosi dan pikiran yang tidak menentu yang mendorong kita bersikap secara salah, mari tanyakan beberapa hal untuk kembali kepada Firman Tuhan: Apakah sikap yang dipilih mencerminkan kasih? Apakah pemahaman terhadap masalah itu selaras dengan pandangan Allah? Apakah sikap itu adalah bentuk dari pengontrolan diri yang benar? Apakah sikap itu didorong untuk menyakiti orang lain? 

Sdr, tidak ada dari kita yang sempurna. Setiap orang pernah jatuh dan kehilangan kontrol dalam mengeskpresikan emosi, baik secara aktif maupun pasif. Mari kita memohon pimpinan Roh Kudus dalam setiap langkah sikap dan keputusan kita. Terima kasih-Nya yang melimpah sehingga kita dimampukan menunjukkan kasih itu kepada sesama dan kepada diri sendiri. Pemulihan dapat terus terjadi seiring dengan perjuangan kita hidup sesuai dengan Firman Allah. Tuhan Yesus memberkati