Skip to content

THE BLOOD SPEAKS

Hi, ICFers! Apa kabar nih? Saya yakin bahwa kita semua diberkati oleh Tuhan, amin? Nah selama beberapa minggu ke depan kita akan mendalami kisah kesepuluh tulah Mesir nih. Sepuluh tulah merupakan istilah yang digunakan pada sepuluh peristiwa hukuman/penghakiman yang dikenakan kepada bangsa Israel sebelum keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Tulah pertama yaitu air menjadi darah (Kel. 7:14-25). Kejadian ini bukanlah hal pertama kali yang dilakukan oleh Musa, dituliskan dalam Keluaran 4:9, 30 yang berkata demikian,  

4“Dan jika mereka tidak juga percaya kepada kedua tanda mujizat ini dan tidak mendengarkan perkataanmu, maka engkau harus mengambil air dari sungai Nil dan harus kaucurahkan di tanah yang kering, lalu air yang kauambil itu akan menjadi darah di tanah yang kering itu.9Harun mengucapkan segala firman yang telah diucapkan TUHAN kepada Musa, serta membuat di depan bangsa itu tanda-tanda mujizat itu.” 

Musa telah diberi kuasa oleh Allah untuk mengubah air menjadi darah dalam skala kecil sebagai ‘tanda’, dan telah menunjukkan kuasa-Nya di hadapan bangsanya sendiri. Tetapi tulah air menjadi darah ini terjadi saat yang berbeda, dilakukan dalam skala yang lebih besar, di hadapan seluruh bangsa Mesir, bukan sekedar ‘tanda’ tetapi ‘penghukuman/penghakiman’ yang Tuhan berikan kepada bangsa Mesir. Tuhan kembali menampakkan diri-Nya kepada Musa dan memberikan arahan yang tepat tentang apa yang harus dia lakukan. Dia akan menemui Firaun di tepi sungai Nil dan memperingatkannya bahwa wabah penyakit akan menimpa semua bangsa Mesir.  

Air menjadi darah di seluruh sungai Nil, baik di sungai utama, di cabang-cabangnya, di kanal-kanal, selokan, kolam, segala kumpulan air, bahkan dalam wadah kayu dan wadah batu. Seluruh ikan di sungai Nil pun mati sehingga mengakibatkan air itu berbau busuk dan bangsa Mesir tidak dapat menikmati air di seluruh tanah Mesir (Kel. 7:19-21). Frasa “…semuanya menjadi darah…” menunjukkan bahwa tidak hanya warnanya yang menjadi merah, tetapi air tersebut benar-benar menjadi darah. Dapatkah saudara bayangkan bagaimana aroma darah dan bau busuk ada di seluruh bagian Mesir? 

Sungai Nil merupakan lambang kesuburan, kemakmuran dan kejayaan bangsa Mesir. Tulah ini dilakukan oleh Allah untuk mempermalukan dewa yang ada pada sungai Nil yaitu dewa Khnum (penjaga sungai Nil), dewa Hapi (roh sungai Nil), Osiris (dewa mata air). Bukan hanya itu, tetapi tulah ini juga menunjukkan penderitaan fisik yang besar, di mana orang Mesir terbiasa memanfaatkan air sungai Nil untuk minum, mencuci pakaian, masak, dan sebagai sumber utama kehidupan mereka, tetapi mereka mengalami kesulitan besar dalam mendapatkan air. Mereka menderita kehausan, karena kenajisan dan kengerian yang terjadi bahwa ada darah di mana-mana.  

Ikan mereka pun seluruhnya mati. Ikan-ikan yang hidup di sungai Nil dianggap sebagai suatu yang keramat sehingga dijaga oleh dua dewi, yaitu Hator (dewi langit dan ratu surga yang melindungi ikan-ikan kecil), Neith (dewi perang jaman kuno yang melindungi ikan-ikan besar, yang dianggap sebagai anak-anaknya). Kemudian ada dewa Sobek (dewa dengan kepala berbentuk buaya), kepada dewa Sobek-lah Firaun mempersembahkan anak-anak laki-laki orang Ibrani yang dibuang ke sungai Nil (Kel. 1:22). Kemudian dewa Apepi (salah satu dari ular yang muncul di hadapan Firaun dan Musa dalam Kel. 7:10-12). Sungai Nil juga dijaga oleh dewi Tauret (dewi badak sungai Nil), dan dewa Nu (dewa kehidupan). Dari kisah air menjadi darah ini, kurang lebih ada sepuluh dewa bangsa Mesir yang dipermalukan oleh Allah yaitu dewa Khnum, Hapi, Osiris, Hator, Neith, Sobek, Apepi, Tauret dan Nu. 

Tetapi oleh karena Firaun mengeras hatinya, maka ia memanggil para ahli sihirnya untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Musa (Kel. 7:14, 22). Tetapi hal tersebut membuat kondisi di Mesir semakin mengenaskan. Para ahli sihir ini membuat air yang tersisa menjadi darah juga, sehingga bangsa Mesir harus menggali-gali di sekitar sungai Nil mencari air untuk diminum (Kel. 7:24). Dan tulah ini terjadi selama tujuh hari (Kel. 7:25).   

Jadi, jika kita sudah melihat dan menyaksikan betapa besarnya kuasa Allah yang Dia kerjakan atas bangsa Israel, maka seharusnya tidak ada satu hal pun yang harus kita khawatirkan di dalam kehidupan kita. Apa pun pergumulan atau permasalahan yang sedang saudara hadapi, percayalah bahwa Dia tetap Allah yang sama. Dulu, sekarang dan selamanya. Dari kisah ini kita dapat belajar bahwa the blood speaks that God’s power was so great, and He’s the one who controls our lives. 

Mari terus memberi diri untuk lebih mengenal Tuhan dan mengalami Dia lebih lagi di dalam setiap musim kehidupan kita. Sampai jumpa di pembahasan selanjutnya! 

Tuhan Yesus memberkati!