THE FRIENDLY SHEPHERD

Menegur dengan Kasih!

Kepada Timotius, seorang pemimpin muda, Rasul Paulus telah menekankan karakter pemimpin yang perlu diusahakan-nya, yakni yang “dapat dipercayai” dan “cakap mengajar” orang lain (Baca secara berulang, 2 Timotius 2:2). Dan bagi saya, tantangan terberat didalam mengerjakan pemuridan ialah menjadi orang yang cakap mengajar orang lain, didalam pengalaman saya memimpin kelompok pemuridan. Mengapa demikian? Karena cakap mengajar orang lain, bukan hanya soal pandai berkhotbah atau paham kebenaran Firman Tuhan dan berhasil menyampaikannya kepada orang lain, melainkan bagaimana menghidupi Firman Kebenaran itu bersama-sama didalam kelompok dan menjadikan kehidupan didalam Firman juga berdampak bagi orang lain.

Dalam suratnya kepada Timotius, khususnya pada 2 Timotius 2:23-26, Rasul Paulus memberikan dorongan dan nasehat kepada Timotius bagaimana menjadi orang yang cakap mengajar, terutama didalam menghadapi orang-orang yang sulit dan tidak suka mendengar apa yang Benar. PertamaMenghindari soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak (ay.23). Ada sebuah pengalaman dalam kelompok kecil Siswa yang saya pimpin, pernah terjadi suatu diskusi, mengapa kita tidak boleh menyontek dalam ujian? Bukankah itu tidak merugikan orang lain, toh kita menolong teman yang sedang kesulitan? Dan kita pun tidak merasa dirugikan karena hal itu tidak mempengaruhi nilai ujian. Melakukan ketidakjujuran demi berbuat baik menjadi contoh soal yang dicari-cari, yang diperdebatkan. Apa yang seringkali mendorong kita mencari celah didalam menerapkan prinsip Kebenaran?

Kedua, …tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar (ay.24) Terlibat dalam pelayanan pemuridan selama kurang lebih 20 tahun meneguhkan saya bahwa keramahan dan kesabaran menjadi karakter yang harus terus diusahakan sebagai seorang yang cakap mengajar.  Tentu saja, mengajarkan kebenaran secara tepat dan benar didalam kelompok dengan beragam karakter dan pergumulan dari adik-adik binaan membutuhkan kesabaran yang besar.

Ketiga, dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan,..dengan demikian mereka menjadi sadar kembali(ay.25-26) Kata lembah lembut seringkali dipahami bahwa kita tidak boleh menegur, atau menghindari konflik dengan orang lain. Di masa-masa awal pengalaman memimpin kelompok, saya banyak melakukanpembiaranterhadap ketidak disiplinan adik-adik Binaan seperti Lupa Saat Teduh dimaklumi, Tidak Bergereja karena tugas kampus menumpuk dipahami, sampai pada keputusan berpacaran dengan orang tidak seiman tanpa sepengetahuan, saya didiamkan saja. Pada akhirnya, saya merenungkan kembali bagaimana penerapandengan lembah lembut yang menjadikan mereka sadar kembalidalam kelompok pemuridan. Prinsip Menegur dengan Kasih menjadi bentuk kelemah-lembutan saya kemudian didalam menegakkan Kebenaran. Suatu kesaksian adik Binaan, yang telah menjadi alumni yang bermisi, pernah menyatakan bahwa hal yang selalu diingatnya dalam kelompok kecil adalah teguran Kak Reny yang selalu tajam, bahkan tidak jarang membuat kami menangis bersama dalam kelompok, menjadi bukti kasihnya yang besar pada kami untuk menjadikan kami Murid Kristus. Benar, Kasih harus menjadi landasan didalam menyatakan teguran. Perjalanan pemuridan memang tidak pernah mudah tetapi Anugerah Allah yang telah diterimakan kepada kita, itulah  yang memampukannya. Selamat Memuridkan!

Tuhan Yesus memberkati