Skip to content

TUHAN, MENGAPA HARUS AKU?

Pertanyaan ini selalu terngiang-ngiang di benak ku. Kenapa harus aku? Mengapa aku berbeda dengan yang lain? Kok aku Tuhan yang harus mengalami ini?

Hi, Ku kira aku seorang wanita yang terlihat biasa biasa saja. Tapi, Tuhan berkehendak lain. Cerita ini dimulai dari aku bertumbuh menjadi gadis remaja dan menginjak bangku SMP. Disaat ini aku dan orang tua ku mulai merasakan ada yang aneh dengan diriku, mengapa teman teman yang lain sudah mengalami pubertas? Sedangkan aku masih belum?

Pada akhirnya, kami memutuskan ke Rumah sakit untuk mengecek kondisiku. Aku masih ingat sekali, pada saat itu aku masih berumur sekitar 14 tahun dan dokter menyampaikan ini hal yang masih normal. Beliau menyampaikan untuk menunggu saja dulu, rata rata biasanya batas pubertas hingga 16 tahun atau paling telat 18 tahun.

Tak terasa waktu terus berjalan dan aku sudah duduk di bangku SMA, namun aku tak kunjung juga mengalami tanda tanda pubertas. Merasa kecewa dengan dokter, kedua orang tua ku mencoba untuk menggunakan pengobatan herbal traditional. Tapi tetap saja hasil nya nihil. Kami pun mulai putus asa dan mencoba untuk tidak terlalu memikirkan persoalan ini. Hal ini pun selalu ku tutup-tutupi hingga aku beranjak dewasa sampai aku kuliah dan bekerja.

Suatu saat pada tahun 2019, akhirnya ku putuskan untuk mencoba mencari dokter di Malaysia untuk mengetahui lebih detil dengan apa yang terjadi pada diriku. Disnilah, aku mengetahui bahwa aku mengidap sebuah kelainan yang mengakibatkan aku tidak mengalami pubertas dan hasil pengecekan kromosom ada kelainan kromosom dan hasilnya ABNORMAL. Kelainan ini tidak ada obat nya, dan ini bukan sebuah penyakit.

Namun, pada saat itu, dokter sudah menyarankan aku untuk melakukan operasi, karena terdapat 2 benjolan sebesar 3 cm dan 1,5cm pada bagian perut bawah (rahim) dan jika di biarkan kemungkinan bisa menjadi kanker. Mendengar hal ini tentu bukan hal yang mudah untukku . Aku merasa berbeda dengan wanita lain nya, aku merasa Tuhan tidak adil. Hampir setiap saat aku selalu mengeluh ke Tuhan, mengeluh ke orang orang terdekat, kenapa harus aku? kenapa dari sekian banyak wanita, dari 80.000 hingga 100.000 harus aku yang mengalami ini?

Alhasil, aku selalu mengeluh, tidak bersyukur dan aku tidak mau terlalu memikirkan apa yang di katakan oleh dokter tersebut untuk melakukan operasi pengangkatan 2 benjolan (3 cm dan 1,5 cm). Dengan alasan, untuk mencari opini / pendapat dari dokter lain dan aku sama sekali tidak merasakan sakit apa pun.

Dan suatu ketika, pada pertengahan tahun 2023.Aku sering merasakan nyeri di ke 2 benjolan tersebut, rasa nyeri ini semakin sering terasa apabila aku terlalu lelah ataupun stress. Nyeri ini semakin sering menganggu karena bisa muncul kapan pun.

Akhirnya pada October 2023, aku putuskan untuk kembali ke Indonesia, untuk melakukan pengecekan lebih lanjut dan hasilnya adalah benjolan ini sudah bertumbuh menjadi 6 cm dan 3 cm. Artinya, benjolan ini sudah tumbuh 2 kali lipat, dokter yang membaca berkas berkas pengecekan ku di Malaysia mengatakan bahwa aku lebih tepatnya di diagnoasa kelainan “Swyer Syndrome”.

Swyer syndrome adalah kelainan genetik yang terjadi ketika aku masih di dalam kandungan ibuku dimana saat itu terjadi kelainan pada pembentukan dan perkembangan alat reproduksi dan mengalami mutasi gen sehingga memiliki kromosom XY (laki-laki). Orang dengan sindrom swyer akan bertumbuh kembang menjadi seorang perempuan namun tidak akan mengalami pubertas karena pembentukan alat reproduksi yang tidak sempurna.

Dokter menyarankan aku untuk segera melakukan tindakan operasi karena jika di biarkan bisa menyebabkan kanker. Namun, pada saat itu dikarenakan berkendala dengan cuti di kantor. Aku harus menunda hingga Januari 2024.

Pada pertengahan Januari 2024, akhirnya aku kembali ke Indonesia untuk melanjutkan perjuangan untuk sembuh. Namun sebelum aku berhasil di diagnosa benar benar sembuh dari keluhan nyeri ini. Tuhan banyak mengajari aku dari hal hal unik. Di benak ku pada saat itu, seharusnya aku bisa operasi ketika sudah kembali ke Indonesia.

Ternyata kenyataan memang tidak seindah itu! Jadwal dokter yang padat, sistem BPJS yang harus mengantri membuat ku kesulitan untuk segera operasi, bahkan untuk bisa langsung konsultasi dengan dokter di rumah sakit aku harus menunggu antrian hingga beberapa bulan kedepan.

Namun, aku mencoba semampu ku dan akhirnya aku bisa berjumpa dengan dokter tersebut secara mandiri melalui klinik dan mendapatkan surat rekomendasi untuk bisa segera konsultasi langsung dengan beliau di Rumah sakit dan segera mengatur jadwal operasi.

Tapi, kenyataan berkata lain lagi! Fasilitas BPJS yang ku miliki adalah kelas 3 sehingga menyebabkan dokter kesulitan untuk mengatur “percepatan” jadwal operasi di rumah sakit.

Aku masih ingat persis kejadian ini terjadi di minggu terakhir bulan Januari, in the very last minute, aku harus segera “upgrade” kelas BPJS , aku sudah di tuntut dari pihak kantor untuk segera kembali ke Filipina jika tidak mendapatkan jadwal operasi yang pasti, dan dengan pikiran yang mumet aku juga harus segera melakukan MRI di bulan itu. Untuk memberi gambaran,  Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah adalah pemeriksaan yang dilakukan menggunakan gelombang radio dan teknologi magnet untuk mengetahui persis kondisi dan melihat hingga ke bagian organ dalam tubuh.

Intinya, aku telah berusaha semampu ku hingga di titik sudah tidak ada lagi yang bisa dilakukan selain menunggu dan menunggu. Pada moment ini aku mencoba untuk bernegosiasi dengan Tuhan,

“Tuhan, aku tidak pernah meminta sakit/kelainan ini. Tuhan sudah izinkan ini boleh aku rasakan dan alami, aku yakin Tuhan pasti juga bantu . Aku sudah mencoba dan melakukan bagian ku. Aku sudah ke kantor BPJS untuk “upgrade” kelas, Aku sudah MRI, aku sudah bolak balik klinik, rumah sakit supaya aku bisa segera operasi. Tuhan, kali ini tolong deh Tuhan dengar keluh kesahku, tolong lancarkan semuanya. Semoga tanggal 1 Februari ketika berjumpa dengan dokter untuk pembacaan hasil MRI, aku sudah bisa dapat kepastian operasi karena kalau tidak, aku sudah harus kembali ke Manila dan tidak mungkin aku harus undur lagi penanganan ini, karena rasa nyeri yang sudah sering timbul. Tuhan, please!!”

Pada tanggal 1 Februari, ketika bertemu kembali dengan dokter untuk pembacaaan hasil MRI. Memang hasilnya menyatakan bahwa aku tidak memiliki uterus dan terdapat 2 benjolan bagian kiri dan kanan. Namun, Puji Tuhan! Tuhan muluskan semua administrasi di rumah sakit, pengajuan cuti sakit di kantor langsung di approved, dan pada tanggal 5 Februari 2024 aku di operasi dan operasi berjalan dengan baik. Bahkan, di luar naral dan logika, ketika dokter melakukan pembedahan, dokter menemukan rahim (uterus) meskipun ukuran nya kecil.

Ini kabar baik dan anugerah yang Tuhan berikan dan nyatakan. Ketika kenyataan hasil pengecekan MRI mennyatakan “tidak di temukan uterus”, tapi ketika Dokter melakukan pembedahan, dokter menemukan hal tersebut. Dan hasil lab menyatakan tidak ditemukan sel kanker pada kedua benjolan tersebut. Puji Tuhan! Semua bagaikan mimpi di siang bolong, segala proses berjalan mulus tanpa ada kendala apa pun bahkan lebih dari yang ku kira! 

Selama proses dari awal sebelum operasi hingga setelah operasi, aku mendapatkan perenungan di Mazmur 139:14 yang berkata demikian,

“Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.”

Pelajaran hidup yang ku dapatkan adalah ketika aku berdoa minta kesembuhan, aku harus lewati sakit dulu, ketika aku berdoa minta kekuatan, aku harus lemah dulu, ketika aku berdoa minta sabar, aku harus taat jalani prosesnya dan percaya . Sama seperti Daniel , Tuhan izinkan dia masuk ke gua singa, tetapi tidak membiarkannya di makan oleh singa-singa tersebut. Oleh karena kejadian ku dahsyat dan ajaib, akhirnya aku mengerti apa itu arti kesembuhan, apa itu sabar, apa itu kuat dan bisa menghargai berkat dari Tuhan. Tuhan berikan yang terbaik, bahkan lebih baik dan lebih dari cukup dari apa yang ku doakan dan minta. Meskipun aku tidak dapat berharap atas kenyataan ini tapi biarlah hatiku tetap memandang untuk-Mu, karena KAU ada untukku.

 

Thank you, Jesus!