WORDS

Perkataan adalah salah satu sarana yang dipakai
mengekspresikan hati, mengungkapkan apa yang ada di pikiran kita dan juga untuk
berkomunikasi dengan orang yang ada di sekitar kita. Oleh sebab itu, perkataan
menjadi aspek yang penting di dalam kehidupan manusia, khususnya dalam
berinteraksi satu dengan yang lain. Teringat akan sebuah lagu yang memiliki
lirik demikian,
Hati-hati
gunakan mulutmu! Hati-hati gunakan mulutmu! Karena Bapa di sorga melihat ke
bawah, hati-hati gunakan mulutmu!
Pasti saudara sering sekali mendengar lagu
tersebut dinyanyikan di Sekolah Minggu bukan? Seakan-akan lagu ini hanya
relevan bagi anak-anak saja. Padahal, tidak! Rasanya lagu itu pun sangat
relevan bagi kita orang-orang dewasa. Maksud dari lagu ini adalah hati-hati dengan
perkataan yang kita ucapkan.
Setiap hari pasti kita mengeluarkan begitu banyak
perkataan kepada setiap orang yang kita ajak bicara. Menurut riset dari Arizona
University, manusia bisa berbicara rata-rata 16.000 kata per harinya. Bahkan
Louann Brizendine dalam bukunya yang berjudul The Female Brain mengungkapkan
bahwa wanita berbicara sekitar 20.000 kata per hari, sedangkan pria hanya 7.000
kata per hari. Jika setiap harinya kita mengucapkan kata-kata sebanyak itu,
maka kita harus berhati-hati dengan perkataan apapun yang kita ucapkan. Sebab
Firman Tuhan di dalam Efesus 4:29 berkata demikian,
“Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu,
tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya
mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.”
Rasul Paulus memulai ayat ini dengan memberikan
kata perintah negatif yang itu “Janganlah ada perkataan kotor yang keluar
dari mulutmu.” Kata ‘kotor’ pada ayat ini berasal dari Bahasa Yunani yaitu σαπρὸς (dibaca: sapros) yang artinya busuk,
tidak berguna, korup dan bejat. Perkataan yang kotor ini adalah segala sesuatu
yang tidak memuliakan Tuhan. Disini berbentuk tunggal, jadi kata tidak boleh
membiarkan satu kata pun yang buruk keluar dari mulut kita.
Perkataan kotor disini tidak hanya berbicara
mengenai mengutuk, tetapi lebih dari pada itu. Tetapi ketika kita membicarakan
orang lain dan membuat orang yang mendengarnya menjadi tidak suka/benci
terhadap orang tersebut. Hal ini pun termasuk σαπρὸς. Kita harus benar-benar berhati-hati dalam
berkata-kata sebab perkataan apapun yang keluar dari mulut kita, tidak dapat
kita tarik kembali.
Kemudian rasul Paulus melanjutkan kalimat perintah
selanjutnya, yaitu kalimat positif yang berkata ‘tetapi pakailah perkataan
yang baik’. Kata baik disini berasal dari Bahasa Yunani yaitu ἀγαθὸς (dibaca: agathos) yang artinya baik.
Perkataan baik itu yang seperti apa? Rasul Paulus melanjutkan penjelasannya
yaitu ‘perkataan yang baik untuk membangun, dimana perlu, supaya yang mendengarnya,
beroleh kasih karunia’. Kata membangun merupakan kata kunci dari
ayat ini. Perkataan yang membangun bukanlah sebuah pilihan, tetapi keharusan!
Supaya setiap orang yang mendengarnya beroleh kasih karunia.
Bagaimana orang lain dapat melihat kasih Tuhan di
dalam diri kita jika perkataan yang kita ucapkan itu penuh dengan perkataan
kotor atau kesia-siaan belaka? Bagaimana orang lain dapat memperoleh kasih karunia Tuhan jika kita
masih suka menggosipkan orang lain. Sudahkah perkataan kita mencerminkan bahwa kita adalah anak-anak Tuhan?
Oleh sebab itu, marilah kita senantiasa menjaga
setiap perkataan yang keluar dari mulut kita dengan terus menjaga relasi kita
dengan Tuhan. Sebab
perkataan yang keluar dari mulut kita merupakan cerminan hati kita. Dengan berdoa dan membaca Firman-Nya akan menolong
kita untuk senantiasa diubahkan oleh Roh Kudus supaya semakin serupa dengan
Dia.
Tuhan Yesus memberkati!