YOUR VIEW OF GOD DEFINES YOUR VIEW OF THE WORLD
Terkadang muncul pertanyaan, “Untuk apa sih belajar teologi? Saya khan bukan mahasiswa teologi, apalagi pendeta. Yang penting khan praktik hidup yang benar sebagai orang percaya.” Jawabannya, sesungguhnya praktik hidup kita merupakan pantulan teologi yang kita hayati. Tidak ada keputusan dan gerak hidup kita tanpa ada teologi yang melatarbelakangi.
Teologi sesungguhnya bukan sekadar ilmu teori tentang Tuhan yang mengawang-awang dan tidak ada hubungannya dengan praktik hidup sehari-hari. Lebih dari itu, teologi adalah sumber penghayatan dan praktik hidup yang kita jalani selama kita hidup di dunia.
Setiap hal penting yang kita putuskan dan jalani memiliki kaitan langsung dengan teologi atau pandangan kita tentang Allah. Bagaimana gagasan kita tentang Allah merupakan pangkal dari semua keputusan yang kita buat. Dengan ungkapan yang lebih berani, ada hubungan antara teologi yang kita hayati dengan psikologi hidup kejiwaan kita, meskipun bukan serta-merta berhubungan sebab-akibat.
Ketika seseorang menghayati Allah sebagai sosok yang suka menuntut dan menghukum , maka dia akan menjadi seorang yang menjalani kehidupan secara sangat ketat dan dibayangi rasa takut untuk dihukum. Ia pun akan menuntut tinggi orang-orang di sekitarnya dan mudah menghakimi serta menghukum bagi yang tidak memenuhi standar tingginya.
Sebaliknya, ketika seseorang menghayati Allah semata-mata sebagai sosok yang suka mengampuni dan berbelas kasihan, dia pun akan menjadi seseorang yang serba permisif, mudah iba, dan sedapatnya membebaskan orang lain dari tuntutan apapun. Contoh-contoh di atas barulah sekelumit. Kesimpulannya, betapa penting dan mendesaknya setiap kita mempelajari teologi yang benar. Lewat pembelajaran Firman Tuhan mengenai sifat-sifat Allah dan penjabarannya, kita dimampukan untuk menguji ketepatan teologi kita masing-masing, mengoreksi jika ada teologi kita yang keliru, dan secara konsisten memandu kita untuk menjabarkannya dalam praktik hidup yang benar.
Langkah pertama kemerosotan dimulai pada saat Gereja melepaskan pandangannya yang tinggi tentang Allah. —A. W. Tozer
Tuhan Yesus memberkati!